Siapa yang tidak kenal Amazon hutan tropis terluas di dunia  yang sangat kaya akan keanekaragaman hayati dan hewaninya?  Amozon juga dikenal sebagai paru paru dunia selain tentunya hutan tropis yang ada di Kalimanan beberapa daerah lainnya di Indonesia yang diperkirakan dapat menampung 150 milyar karbon. Disamping itu  Amazon juga menjadi hot spot keanekaragaman hayati duniaÂ
Luasnya kawasan hutan Amazon ini menciptakan  iklim yang sangat unik di wilayah ini karena air  yang menguap dari pepohonan ini membentuk awan hujan dan mendaur ulang kelembaban yang menyebabkan wilayah hutan ini tetap sejuk dan lembab sekaligus menyedian air yang sangat vital bagi kehidupan.
Namun misteri dan kehebatan hutan Amazon ini secara perlahan namun pasti akan lenyap dari bumi.  Keserakahan manusia dengan dalih prioritas  pertumbuhan ekonomi menjarah hutan Amazon  dengan masuknya perusahaan raksasa pertambangan, pertanian  dan peternakan yang menyisakan sengsara dan nestapa bagi penduduk asli yang hidupnya tergantung pada keberadaan hutan tropis ini.
Kerusakan hutan dalam skala besar yang telah terjadi puluhan tahun ini  dan dikombinasikan dengan kekeringan menjadikan hutan Amazon diambang kehancuran yang tidak akan pernah terpulihkan kembali. Data menunjukkan bahwa di tahun 2015 hutan Amazon pernah dilanda kekeringan sangat parah yang berdampak pada kematian 2,5 milyar pohon dan tanaman  serta satwa liar sekalipun tidak sebanding dengan kerusakan hutan ini akibat kemarau yang luar biasa yang terjadi tahun ini.
Kerusakan hutan yang terjadi selama ini  membuat  hutan terfrakmentasi akibat kekeringan dan secara pelahan berubah menjadi savana yang mulai memecah hutan tropis ini. Kematian sebagian dari hutan ini tidak akan dapat dipulihkan kembali dan berdampak pada kerusakan permanen.
Data juga menunjukkan bahwa jika tingkat deforestasi hutan Amazon sudah mencapai 25% dan suhu di Amazon mengalami peningkatan 2-2,5oC di atas suhu rata rata periode pra industri maka hutan Amazon sudah dalam keadaan kritis. Kondisi saat ini tampaknya sudah mengarah ke titik kritis ini karena saat ini 17% hutan Amazon telah digunduli dan suhu global berada 1,1 - 1,2oC di atas suhu pra-industri.
Kekeringan ekstrim tahun ini memicu kebakaran hutan akibat pembukaan lahan yang tidak terkendali dan sudah memasuki wilayah hutan primer. Disamping itu tingkat kematian lumba lumba yang menghuni danau danau di Amazon semakin meningkat akibat suhu air mencapai 40,9oC. Para peneliti dan pelestari minggu ini saja telah menemukan 276 lumba lumba yang mati akibat peningkatan suhu air ini yang berada 4oC di atas suhu tubuh lumba lumba.
Kekeringan ekstrim yang menimpa Amazon ini membuat sungai sungai menjadi kering dan tidak dapat dilalui sehingga berdampak langsung pada kehidupan penduduk asli yang tinggal terpencil di wilayah Amazon ini.
Keserakahan manusia dengan dalih kepentingan ekonomi yang lebih besar berdampak pada kehancuran Amazon yang tidak akan dapat terpulihkan kembali. Dalam situasi seperti ini jangankan berbicara untuk mewariskan hutan ini bagi anak cucu mereka, kini untuk kehidupan mereka kemunkinan besar hutan Amazon tidak dapat menopang lagi.
Semoga tragedi yang sedang menimpa Amazon yang menggerus kenakaragaman hayati dan juga degradasi lingkungan tidak terkendali ini menjadi pelajaran bagi kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H