Data juga menunjukkan bahwa jika tingkat deforestasi hutan Amazon sudah mencapai 25% dan suhu di Amazon mengalami peningkatan 2-2,5oC di atas suhu rata rata periode pra industri maka hutan Amazon sudah dalam keadaan kritis. Kondisi saat ini tampaknya sudah mengarah ke titik kritis ini karena saat ini 17% hutan Amazon telah digunduli dan suhu global berada 1,1 - 1,2oC di atas suhu pra-industri.
Kekeringan ekstrim tahun ini memicu kebakaran hutan akibat pembukaan lahan yang tidak terkendali dan sudah memasuki wilayah hutan primer. Disamping itu tingkat kematian lumba lumba yang menghuni danau danau di Amazon semakin meningkat akibat suhu air mencapai 40,9oC. Para peneliti dan pelestari minggu ini saja telah menemukan 276 lumba lumba yang mati akibat peningkatan suhu air ini yang berada 4oC di atas suhu tubuh lumba lumba.
Kekeringan ekstrim yang menimpa Amazon ini membuat sungai sungai menjadi kering dan tidak dapat dilalui sehingga berdampak langsung pada kehidupan penduduk asli yang tinggal terpencil di wilayah Amazon ini.
Keserakahan manusia dengan dalih kepentingan ekonomi yang lebih besar berdampak pada kehancuran Amazon yang tidak akan dapat terpulihkan kembali. Dalam situasi seperti ini jangankan berbicara untuk mewariskan hutan ini bagi anak cucu mereka, kini untuk kehidupan mereka kemunkinan besar hutan Amazon tidak dapat menopang lagi.
Semoga tragedi yang sedang menimpa Amazon yang menggerus kenakaragaman hayati dan juga degradasi lingkungan tidak terkendali ini menjadi pelajaran bagi kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H