Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Hukum Artikel Utama

Skandal Pemalsuan Data Penelitian Guncang Perguruan Tinggi Papan Atas Australia

12 Desember 2023   07:38 Diperbarui: 16 Desember 2023   08:05 790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penelitian dengan menggunakan metode ilmiah. (Sumber: freepik via kompas.com)

Minggu ini dunia pendidikan dan penelitian  Australia diguncang pelanggaran kode  etik penelitian yang melibatkan peneliti ternama dari Centre for Healthy Brain Ageing (CHeBA)  di universitas papan atas Australia, University of New South Wales (UNSW) yang juga melibatkan universitas lainnya.

Kasus ini sebenarnya sudah mulai ditemukan dan diselidiki oleh Komite Integritas Penelitian Australia (ARIC)  pada tahun 2021 lalu, namun sayangnya sampai saat ini pihak UNSW belum menindaklanjuti dan menangani pelanggaran etika penelitian ini sampai pada titik penyampaian hasil penyelidikannya.

Kasus ini bermula ketika sebanyak 12 publikasi ilmiah yang dihasilkan oleh para peneliti di CHeBA UNSW yang berkolaborasi dengan lembaga lainnya muncul di PubPeer sebuat situs web yang memungkinkan  pada peneliti dan masyarakat mendiskusikan artikel ilmiah secara anonim. 

Dari komentar yang muncul ditemukan hasil penelitian yang disajikan berupa gambar gambar  dan foto merupakan hasil duplikasi dari hasil penelitan yang berbeda.

Kemunculan kasus ini sontak saja mengundang  perhatian  ilmuwan ternama David Vaux yang merupakan pensiunan wakil direktur Walter & Eliza Hall Institute of Medical Research dan spesialis integritas penelitian, dan  juga Simon Gandevia, wakil direktur Neuroscience Research Australia, untuk menyampaikan temuan ini dan  mengirim surat ke UNSW.

Sebagai tindak lanjut dari temuan ini dilakukan penyelidikan mendalam utamanya terhadap 9 makalah penelitian yang melibatkan para peneliti dari Lab Otak dan Penuaan CheBA dan juga peneliti kolaboratornya dari Macquarie University, University of Sydney dan institusi di Oman, Chile dan India.

Hasil penyelidikan ini mengindikasikan adanya "duplikasi  atau pemalsuan data  penelitian" yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut dari penyelidik independen untuk menentukan apakah temuan ini memang benar adanya sekaligus menentukan peneliti mana saja yang terlibat dalam pemalsuan data penelitian ini.

Sayangnya sejak kasus ini terkuak pihak UNSW lambat melakukan penyelidikan secara internal untuk membuktikan apakah tuduhan tersebut benar  atau tidak. 

Sudah lebih dari  2 tahun belum ada hasil yang diumumkan secara publik terkait kasus ini dengan alasan bahwa kasus ini kompleks dan memerlukan waktu lama untuk mencari fakta apa sebenarnya yang terjadi.

Dua belas artikel dengan dugaan terjadi pemalsuan data penelitan berupa  anomaly pencantuman  gambar dan foto hasil peneltian  melibatkan seorang  Guru Besar ternama seorang ahli saraf Perancis yang bekerja sebagai profesor di Universitas Macquarie hingga Maret 2023. Pada tahun 2022, Profesor ini akhirnya  mengambil cuti saat Macquarie melakukan penyelidikan akan kasus ini.

Hasil penyelidikan internal dari Universitas Macquarie memang membantah beberapa tuduhan akan pemalsuan data penelitian namun ternyata ada rekomendasi yang dikeluarkan untuk meminta penulis dan institusi menarik publikasi yang diduga bermasalah.

Sampai saat ini ada  dua makalah yang ditulis bersama Profesor ini  telah ditarik kembali oleh jurnal yang menerbitkannya. Dalam hal ini Profesor ini  membantah melakukan kesalahan terkait dugaan anomali gambar dalam publikasi ilmiah. 

Dia mengatakan  bahwa dia tidak dapat berkomentar secara spesifik namun telah sepenuhnya mematuhi rekomendasi hasil penyelidikan Universitas Macquarie dan UNSW.

Skandal ini ternyata tidak hanya melibatkan satu professor saja namun ada professor lainnya dari UNSW  yang dipermasalahkan dan diduga paper ilmiah yang ditulisnya juga bermasalah. 

Namun Profesor ini juga menyanggah bahwa perannya dalam penulisan hanya sebagian saja yaitu memberikan komentar  dan kontribusi terkait masalah klinis saja. 

Apapun sanggahannya yang jelas perlu ada penyelidikan lebih mendalam lagi karena 8 pubikasi ilmiah  yang dihasilkan merupakan publikasi ilmiah  yang dipermasalahkan dan diduga terkait dengan manipulasi data.

Apapun sanggahan dari para professor yang karya ilmiahnya dipermasalahkan tentunya harus ada kejelasan duduk perkaranya dan juga penyelesaiaannya karena kasus dugaan pemalsuan data ini sudah menjadi ranah publik.

Pihak UNSW wajib menyelesaikan skandal ini karena kewajiban institusi ini sudah sangat jelas tercantum dalam kode etik penelitian yang menyatakan bahwa jika ada dugaan pelanggaran etika penelitan, maka institusi wajib memastikan bahwa proses pengelolaan dan penyelidikan serta pengaduan terkait potensi pelanggaran kode etik harus diselesaikan secepatnya sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Gonjang ganjing dugaan terjadi pelanggaran etika penelitian melalui pemalsuan data yang melanda perguruan tinggi papan atas Australia ini sekaligus menggambarkan kelemahan sistem yang  ada yang mana walaupun oleh Komite Integritas Penelitian Australia memberikan rekomendasi namun tidak ada kekuatan hukum untuk memasak institusi yang terlibat untuk memberlakukan rekomendasinya.

Kasus dugaan pelanggaran kode etik ini tampaknya merupakan fenomena gunung es  dalam dunia penelitian di Australia karena menurut National Health and Medical Research Council (NHMRC)  dan ABC  dalam kurun waktu 20 tahun terakhir  lebih dari 650 publikasi ilmiah yang melibatkan penulis dari  Australia telah ditarik kembali dan 37% diantaranya ditarik dalam kurun waktu 4 tahun terakhir.

Dunia riset yang kini semakin kompetitif memang mengharuskan para peneliti untuk dapat menghasilkan karya spektakulernya agar dapat muncul ke permukaan sebagai peneliti kelas atas, tetapi semuanyanya ini tentunya harus dilandasi dengan etika penelitian yang berlaku secara universal utamanya terkait dengan keabsahan  data dan menghindari plagiat.

Sangat disayangkan memang jika ada peneliti yang ingin mencapai puncak melalui jalan pintas dengan cara memalsukan data.  Dalam hal ini cepat atau lambat kepalsuan ini akan terungkap  karena hasil publikasi ini terbuka dan dapat dibaca oleh siapa saja. 

Pelanggaran kode etik ini jika terbukti tidak hanya menyangkut reputasi ilmiah peneliti  namun juga  berupa sangsi penghentian pendanaan penelitian yang sangat  krusial bagi pengembangan karirnya dan bukan tidak mungkin jika terjadi akan mengakhiri karirnya sebagai peneliti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun