Salah satu sumber konflik yang belum terpecahkan dan bahkan dianggap semakin mengemuka sejak Perjanjian Oslo ini adalah masalah wilayah yang sampai saat ini bahkan menjadi masalah utama pemicu konflik baru karena Israel terus melakukan ekspansi pendudukannya dengan membangun pemukiman baru di wilayah yang dipersengketakan.
Jika ditelisik lebih dalam lagi tampaknya Perjanjian Oslo ini hanya didasarkan pada niat kedua belah saja untuk melihat sisi damainya saja dari konflik yang berkepanjangan ini dan belum memikirkan kesepakatan dan mencari cara pemecahan akar permasalahan yang ada, sehingga dalam perjalanannya penjajian ini seringkali mengalami jalan buntu dan tidak jarang berujung pada konflik berdarah seperti peritiwa intifada di tahun 2000 yang memakan banyak korban jiwa.
Terlepas dari kegagalan demi kegagalan dalam merealisasikan Perjanjian Oslo ini tampaknya baik Palestina maupun Israel perjanjian ini memiliki makna tersendiri.Â
Bagi pemerintah Palestina Penjanjian Oslo ini lebih digunakan mendapatkan dukungan internasional dan mempertahankan kekuasaan pemerintahan yang ada sekarang.
Sedangkan bagi Israel Penjanjian Oslo ini digunakan untuk melegitimasi pemerintahannya dan juga untuk kepentingan pembangunan perekonomian utamanya pada pemerintahan Benjamin Netanyahu dengan gaya kepemimpinannya yang ekstrem dan rasis yang membutuhkan Pemerintah Palestina untuk menjaga warganya tetap damai yang akan berdampak pada keamanan bagi warga Israel.
Sementara itu bagi Amerika Perjanjian Oslo ini juga sangat penting dan sangat kental kepentingannya untuk menjaga pengaruhnya dalam jangka panjang di wilayah Timur Tengah yang walaupun saat ini terbukti pengaruh tersebut sudah mulai luntur dengan hengkangnya Amerika dari Irak dan Afghanistan.
Jika dianalisis lebih lanjut maka Perjanjian Oslo ini tidak saja memberikan pengaruh besar pada Palestina, Israel, dan Amerika saja namun juga pada geopolik yang ada di wilayah ini.Â
Dengan jiwa dan semangat perdamaian yang ada di Perjanjian Oslo ini, kini negara-negara Arab yang dulunya menentang Israel kini berlomba-lomba memulihkan hubungan diplomatiknya dengan Israel dengan tujuan utama untuk kepentingan keamanan dan perekonomian regional.
Tidak ada yang menyangkal bahwa Perjanjian Oslo merupakan pintu perdamaian yang bertujuan baik, namun pada kenyataannya 30 tahun berlalu sejak ditandatanganinya perjanjian ini kegagalan demi kegagalan terus terjadi.Â
Tampaknya para arsitek Penjanjian Oslo ini tidak tertarik pada pendirian negara Palestina dan juga pembebasan Palestina dari pendudukan Israel, namun lebih tertarik pada pemimpin Palestina yang dapat dikendalikan dan kooperatif dan hal inilah yang membuat perlawanan akar rumput Palestina terus berlanjut sampai saat ini.
Perjanjian Oslo ternyata gagal membawa perdamaian bagi Palestina namun justru sebaliknya menjadi batu sandungan terbesar bagi pembebasan Palestina.