Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Warisan Kolonialisme Perancis Tuai Badai Pergolakan di Afrika

19 Agustus 2023   07:50 Diperbarui: 21 Agustus 2023   16:03 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketidak stabilan politik dan ekonomi membuat masyarakat di wilayah Sahel merupakan yang termiskin di dunia. Photo: www.aa.com.tr

Pergolakan dan konflik politik di wilayah ini bukanlah sesuatu yang baru dan mendadak. Krisis ini sudah mulai muncul di tahun 2012 lalu ketika pemerintah Mali yang pro Perancis meminta bantuan Perancis untuk mengatasi krisis keamanan yang semakin memburuk.

Campur tangan Perancis ini ternyata tidak dapat menyelesaikan masalah sehingga di tahun 2014 Perancis mengirim pasukan sebanyak 5.100 yang disebar di wilayah Shael yang dikenal dengan operasi Barkhane.

Tentara Perancis yang ditempatkan di Mali dalam operasi Barkhane. Photo: French Ministry of Defense 
Tentara Perancis yang ditempatkan di Mali dalam operasi Barkhane. Photo: French Ministry of Defense 

Pada kenyataannya operasi yang memakan biaya sangat besar ini gagal menyelesaikan pergolakan keamanan dan sebagai reaksi dari operasi Perancis ini, kelompok bersenjata meningkat kekuatannya dan menargetkan sipil sebagai salah satu targetnya untuk melemahkan pemerintah. Akibatnya situasi keamanan di wilayah ini semakin memburuk dan sentimen anti Perancis semakin meningkat.

Konflik di Mali ini akhirnya berujung pada kudeta militer untuk menggulingkan pemerintahan pro Perancis. Kudeta ini tentunya memperburuk hubungan antara Mali dengan Perancis apalagi pemerintahan yang baru memilih untuk bersekutu dengan tentara bayaran dari Rusia yaitu kelompok Wagner yang membantu mengatasi masalah keamanan di negara ini.

Sentimen anti Perancis ini ternyata semakin tumbuh subur dan puncaknya di tahun 2022 lalu Mali mengusir duta besar Perancis dan ribuan Masyarakat turun ke jalan untuk mengungkapkan sentimen anti Perancisnya.

Dalam situasi yang tidak menguntungkan ini Perancis memilih untuk memindahkan pasukannya ke Nigeria yang akhirnya juga meningkatkan gerakan anti Perancis dan memicu kudeta di Nigeria.

Sentimen anti Perancis di negara negara bekas jajahannya ini kini mengelinding ibarat bola salju yang tidak dapat dihentikan lagi dan hal ini diperparah dengan lebih mementingkan opsi militer dibandingkan dengan menyelesaikan akar permasalahannya.

Warisan kolonialisme Perancis yang menimbulkan penderitaan, ketidakadilan ekonomi serta penindasan sama sekali tidak disentuh oleh pemerintahan boneka dan Parancis.

Perbedaan sudut pandang penyelesaian maslaah inilah yang akhirnya memicu efek domino terjadinya kudeta militer di banyak negara bekas jajahan Perancis.

Masuknya pengaruh Rusia di wilayah ini menjadi era baru bagi negara negara di Afrika untuk menghilangkan dominasi negara barat di benua ini dalam waktu dekat memang memberikan harapan baru bagi Afrika, namun dalam jangka panjang dapat saja menimbulkan konflik baru karena tentunya negara Barat tidak rela dominasi dan keberadaannya di Afrika terusik Rusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun