Pada pemilu lalu munculnya sosok Pita Limjaroenrat yang berusia 42 tahun lulusan Harvard dan mantan eksekutif perusahaan teknologi memang sangat fenomenal dan mempersona masyarakat Thailand utamanya kalangan generasi muda.
Faktor lain yang membuat krisis politik ini semakin kompleks adalah koalisi Pita Limjaroenrat dengan partai yang dipimpin Paetongtarn Shinawatra, putri mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra yang diasingkan dan digulingkan oleh pihak militer.
Kemunculan Pita Limjaroenrat tokoh muda penuh harapan ini ternyata tidak serta merta menyelesaikan carut marut perpolitikan Thailand karena gerakan demiliterisasi, demonopolisasi, serta desentralisasi  yang ditawarkannya ternyata belum dapat diterima sepenuhnya oleh sebagian faksi yang akan menjadi kerikil tajam bagi dirinya.
Thailand kini sedang memasuki babak baru ketidakpastian politik. Di tengah-tengah ketidakpastian politik seperti inilah biasanya militer akan mengambil alih pemerintahan dengan cara apapun termasuk melakukan kudeta  untuk memadamkan api demokrasi di negara gajah putih ini.
Jika hal ini terjadi maka Thailand kembali akan memasuki kembali masa kegelapan demokrasi yang tidak berujung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H