Namun  suku Baduy Dalam lebih memilih untuk mempertahankan kesakralan tradisi dan menghindari pengaruh kehidupan komtemporer.
Menurut pendapat perwakilan suku Badui keberadaan smartphone telah berdampak negatif bagi suku Baduy.
Keberadaan Menara Telekomumunikasi yang di bangun di dekat wilayah pemukiman mereka dinggap sebagai ancaman  terhadap gaya hidup mereka dan juga moral anak muda yang mungkin akan tergoda untuk menggunakan internet.
Masuknya internet  ke wilayah suku Baduy ini memang seperti membuka kotak pandora yang dampaknya terhadap keberadaan dan kelestarian kehidupan suku Baduy ini sulit diprediksi.
Kekhawatiran akan pengunjung dan turis yang dapat mengakses internet di wilayah pemukiman suku Baduy dan mempertontonkan konten konten yang bertentangan dengan adat dan tradisi suku Baduy akan menjadi permasalahan yang sangat serius.
Penolakan suku Baduy akan keberadaan internet dan Menara Komunikasi di wilayah pemukiman mereka merupakan babak baru perbedaan  pandangan akan perbaikan kehidupan suku Baduy antara pihak luar dengan suku Baduy itu sendiri.
Di satu sisi pihak luar beranggapan bahwa keberadaan internet akan berdampak posisif bagi kemajuan  suku asli ini, namun di sisi lain  suku Baduy menganggap bahwa masuknya teknologi ini akan mengancam kelestarian budaya dan kehidupan yang selama ini mereka pertahankan turun menurun.
Permintaan suku Baduy dalam untuk menutup akses internet ini memang harus diperhatikan secara serius  oleh pemerintah daerah.
Permintaan untuk memindahkan  Menara komunikasi di laur  jangkauan wilayah suku Baduy dalam harus dipandang sebagai permintaan yang sangat beralasan dan mendasar  untuk menghormati dan melestarikan budaya dan gaya kehidupan asli yang sudah terancam punah di Indonesia.
Rujukan: satu, dua, tiga, empat, lima