Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menjadikan Presiden Ukraina Sebagai Boneka di Pertemuan G7

21 Mei 2023   17:32 Diperbarui: 21 Mei 2023   17:55 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perdana Menteri Jepang  Fumio Kishida dan Volodymyr Zelenskyy meletakkkan karangan bunga di e Hiroshima Peace Memorial Park's tanggal  21 Mei 2023. Photo: Mizuho Miyazaki
Perdana Menteri Jepang  Fumio Kishida dan Volodymyr Zelenskyy meletakkkan karangan bunga di e Hiroshima Peace Memorial Park's tanggal  21 Mei 2023. Photo: Mizuho Miyazaki

Dalam banyak hal tampak sekali kecerdikan Jepang dalam memetaformose dirinya untuk meninggalkan Asia dan menjadikan Jepang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Amerika dan Sekutunya.

Jepang ingin  dunia melupakan masa lalunya yang bengis  yang   menjajah Tiongkok, Korea Selatan Indonesia dll nya yang menimbulkan kesedihan dan penderitaan yang tidak ada taranya yang berbekas sampai saat ini.

Tidak terhitung berapa banyak  wanita wanita di negara jajahan Jepang yang seperti binatang dijadikan pemuas hawa nafsu prajurit Jepang.

Membawa Volodymyr Zelenskyy ke monumen bom Atom Hiroshima merupakan salah satu cara Jepang mengubah imej dunia bahwa Jepang adalah korban dari Bom Atom di Perang Dunia kedua,  padahal pada kenyataanya Jepang adalah pelaku utama Perang Dunia II.

Arah politik Jepang yang meninggalkan akar rumputnya Asia dan lebih memilih Amerika dan sekutunya memang sangat dapat dimengerti, karena di kelompok inilah Jpeang merasa lebih nyaman  dan aman tanpa diungkap lagi  kejahatan masa lalunya.

Ada suatu kebanggaan tersendiri ketika Indonesia menjadi Chair dari G20 dimana desakan untuk mengundang Volodymyr Zelenskyy datang bertubi tubi untuk tidak mengundang  Rusia dan mengundang presiden Ukraina, namun dengan diplomasinya yang cerdik Indonesia berhasil membendung dan menggagalkan ajang  G20 di Indonesia sebagai ajang permainan  politik Amerika dan sekutunya.

Di tengah tengah gencarnya Amerika dan Uni Eropa untuk mengucilkan dan melemahkan perekonomian Rusia ternyata Rusia yang dibayangkan akan hancur dengan dikeroyok seperti ini ternyata tidak terjadi.

Walaupun terdampak sangsi, Rusia masih dapat bertahan dan perang masih berlanjut.

Jika dulu untuk menghadapi Uni Soviet Amerika hanya perlu melawannya sendiri, kini untuk melawan Rusia Amerika perlu bersekutu dengan  banyak negara.

Upaya Amerika mengembalikan reputasinya yang porak poranda di Timur Tengah untuk kembali mendikte  dan menjadi polisi dunia sesuai dengan kemauan dan kepentingannya ternyata tidak dapat dilakukan dengan mudah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun