Suhu panas yang melanda Asia bagian selatan dan sebagian besar negara negara di wliayah Asia Tenggara yang berlangsung beberapa minggu lalu dengan suhu ekstrem mencapai di atas 45 oC tidak dapat lagi dianggap sebagai fenomena alam sesaat.
Upaya dunia dapat menjaga agar peningkatan suhu global di bawah 1.5 oC menunjukkan kegagalan. Sebagai dampaknya akan banyak lagi kejadian cuaca ekstrem, seperti gelobang panas, kebakaran hutan dan badai ekstrem yang akan terjadi.
Dalam beberapa tahun ke depan sudah dapat dipastikan bahwa peningkatan suhu global akan mencapai lebih dari 1.5oC.
Prediksi bahwa iklim global akan semakin memanas memang sangat beralasan karena dampak El Nino yang diperkirakan akan terjadi mulai akhir tahun dan kombinasi kedua faktor ini tentunya akan menimbulkan dampak yang lebih besar lagi.
Menurut laporan terbaru badan meteorologi PBB dalam lima tahun kedepan suhu global akan memecahkan rekor dan menjadikannya sebagai suhu terpanas yang pernah tercatat.
Hal yang lebih mengkhawatirkan pola El Niño sudah menunjukkankan adanya perkembangan dalam beberpa bulan ke depan yang akan berdampak pada memanasnya suhu. Gabungan kedua faktor inilah yang akan memicu kenaikan suhu global.
Tren peningkatan emisi karbon dari aktivitas manusia pasca pandemi yang meningkat tajam mendasari prediksi ini.
Munculnya El nino diperkirakan akan memperparah peningkatan peluang terjadinya suhu ekstrem.
Panas tambahan yang dibawa oleh El Nino ke permukaan samudera pasifik akan berkontribusi besar dalam peningkatkan peluang terjadinya hujan ektrim yang akan terjadi dalam kurun waktu yang lama.
Para pakar iklim dunia memprediksi bahwa panas ekstra yang dibawa El Nio ke permukaan Pasifik kemungkinan besar akan mendorong suhu global ke titik tertinggi baru tahun depan.
Para ilmuwan mendeteksi bahwa kutub Utara akan mengalami pemanasan pada tingkat yang lebih tinggi. Dengan anomali suhu ini diperkirakan peluang terjadinya tiga kali lebih besar.
Berbagai wilayah di bumi termasuk Indonesia diperkirakan akan mengalami peningkatan curah hujan selama lima tahun ke depan.
Pemanasan suhu permukaan air laut akibat El Nio juga sangat berdampak kuat pada kehidupan laut di lepas pantai Pasifik.
Pada kondisi normal, upwelling akan membawa air dingin dan kaya nutrisi dari kedalaman ke permukaan.
Selama El Nio, upwelling ini melemah atau berhenti sama sekali. Tanpa nutrisi dari dalam, jumlah fitoplankton di lepas pantai lebih sedikit. Kondisi ini tentunya memengaruhi ikan yang memakan fitoplankton dan, pada gilirannya, memengaruhi semua kehidupan ikan laut.
Pada kondisi ekstrem El Nino dalam kondisi yang ekstrem diprediksi akan menyebabkan kematian massal berbagai spesies di laut dan kerusakan terumbu karang yang berdampak pada persediaan ikan dunia.
Indonesia sebagai negara agraris tentunya akan sangat terpengaruh akan pemanasan global. Peluang terjadinya El Nino dan peningkatan suhu global di atas 1.5oC yang semakin besar akan berdampak langsung peluang terjadinya hujan ekstrem, banjir, bencana lainnya, suhu ekstrem dan keanekaragaman hayati.
Pengalaman menunjukkan bahwa hujan ekstrem yang berlangsung dalam waktu lama akan menimbulkan banjir bandang dan longsor yang akan memporakporandakan kehidupan masyarakat dan memakan korban jiwa.
El Nino yang diprediksi akan berlangsung dalam waktu cukup lama tentunya akan menimbulkan dampak yang lebih besar lagi.
Peningkatan suhu dan feneomena El Nino ini akan berdampak global, oleh sebab itu mengantungkan pada negara lain dalam mensuplai kebutuhan pangan merupakan tindakan yang kurang bijak karena pada saat bersamaan jika fenomena ini terjadi maka negara produsen pangan tentunya akan lebih mementingkan negaranya dalam hal pemenuhuan kebutuhan pangan.
Kondisi ekstrem ini tentunya akan berdampak langsung pada komoditas pangan hasil pertanian, peternakan dan perikanan yang menjadi tumpuan penyediaaan pangan dan ketahanan pangan Indonesia.
Saat ini Indonesia belum sebagai negara yang mandiri pangan, oleh sebab itu Indonesia perlu menyiapkan diri untuk menghadapi cuaca ekstrem ini secara serius sebab akan berdampak langsung pada ketahanan pangan, kesehatan dan keselamatan masyarakat.
Rujukan: satu, dua, tiga, empat, lima, enam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H