Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pendudukan Al-Aqsa, Cerminan Konflik Israel-Palestina yang Tidak Berujung

9 April 2023   04:41 Diperbarui: 11 April 2023   08:15 1576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Tentara Israel berpatroli di Masjid Al-Aqsa yang sepi di Kota Tua Jerusalem. (Foto: AFP/AHMAD GHARABLI via KOMPAS.ID)

Pada bulan suci Ramadhan kembali Masjid Al-Aqsa yang merupakan salah tempat tempat suci umat Islam kembali diduduki tentara Israel membuat konflik Palestina Israel semakin memanas.

Tentara Israel kembali menyerbu tempat suci umat Islam ini ditengah tengah umat muslim menjalankan ibadah puasa dengan alasan mencari apa yang dinamakan Israel "ekstrimis" Palestina.

Dengan pakaian dan persenjataan lengkap tentara Istrael masuk ke komplek masjid dan mendudukinya. Pendudukan pengusiran jamaah secara paksa ini menyebabkan beberapa jamaah terluka.

Sebelumnya berbagai tindakan keras yang memakan korban jiwa sudah terjadi di berbagai wilayah yang memakan korban jiwa yang mencerminkan meningkatnya konflik Israel dan Palestina ini.

Pendudukan tentara Israel di mesjid Al Aqsa ini sontak mengundang kemarahan dunia karena ketika melakukan penyerbuan sama sekali tidak menganggap Masjid Al-Aqsa sebagai tempat suci karena memasuki masjid dengan sepatu dan persenjataan lengkap mengusir Jamaah.


Meningkatnya kekerasan antara Palestina dan Israel ini memang bukanlah sesuatu yang baru, namun paling tidak ketika tentara Istrael menyerbu masjid Al-Aqsa ini tampaknya Israel ingin menunjukkan pada dunia bahwa tidak ada satu sudutpun di wilayah Israel maupun tanah Palestina yang tidak dikendalikan Israel.

Roket yang ditembakkan dari wilayah Gaza dan Lebanon dan juga meningkatnya kekerasan di wilayah pendudukan ini menjadi alasan Israel melakukan serangan udara dan pendudukan masjid Al-Aqsa sebagai dalih melindungi warga Israel dan menegakkan keamanan di wiayahnya.

Bagi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tindakan kekerasan ini merupakan wujud frustrasi atas gelombang demostrasi besar besaran yang mengoyang pemerintahannya akibat reformasi hukum yang dianggap sebagai salah satu upaya untuk melanggengkan pemerintahannya.

Demo besar besaran melanda Israel menentang PM Netanyahu di Tel Aviv. Photo: Ilan Rosenberg/Reuters.
Demo besar besaran melanda Israel menentang PM Netanyahu di Tel Aviv. Photo: Ilan Rosenberg/Reuters.

Kekerasan yang terjadi akhir akhir ini di tanah Palestina merupakan cerminan ketidak berdayaan Amerika untuk membujuk dan menaklukan "anak emasnya" karena baik imbauan maupun ungkapan kekecewaan Amerika sama sekali tidak dihiraukan oleh Israel.

Bahkan himbauan PBB kepada Israel dan juga Palestina untuk meredakan ketegangan yang memakan korban jiwa ini juga diabaikan.

Pada tahun 2022 lalu PBB mencatat timbulnya korban jiwa 170 warga Palestina termasuk anak anak dan melukai sebanyak 9000 warga Palestina menjadikan tahun tersebut sebagai tahun yang paling memaikan selama 16 tahun terakhir ini.

Tahun ini gesekan memang tidak dapat dihindari karena bulan suci Ramadhan dan hari raya paskah Yahudi tiba pada saat yang bersamaan.

Amerika ini terlibat tidak langsung dalam konflik Israel Palestina dan Rusia Ukraina, oleh sebab itu menggunakan insiden pendudukan al Aqsa sebagai pengalihan isu atas keterpurukan di konflik Rusia Ukraina tampaknya tidak akan membuahkan hasil.

Serara moral dan rekam jejak Amerika bertanggung jawab langsung atas konflik Palestina Israel yang tidak berujung karena dukungannya pada Israel.

Namun kini konflik ini menjadi bola panas karena Israel tampaknya tidak lagi mendengarkan anjuran Amerika dalam bertindak.

Hal yang membuat konflik ini diperkirakan akan melebar adalah sikap Amerika yang menyatakan bahwa Israel perlu jaminan keamanan sehingga mempertahankan diri dan membalas serangan Palestina merupakan hak Israel untuk mempertahnkan diri.

Namun di lain pihak Amerika tidak pernah mau menyelesaikan akar permasalahan konflik ini yaitu pendudukan wilayah Palestina dan tindakan sewenang wenang Israel karena penyelesaian konflik ini berarti mengembalikan wilayah yang diduduki oleh Israel.

Tentara Isreal dikerahkan di komplek Al Aqsa. Photo: Reuters/Ammar Awad 
Tentara Isreal dikerahkan di komplek Al Aqsa. Photo: Reuters/Ammar Awad 

Sebenarnya meningkatkan kekerasan di bulan suci Ramadhan ini sudah diantisipasi sebelumnyanya sehingga di akhir bulan February lalu pejabat Palestina, Israel, Yordania, Mesir dan Amerika bertemu di Yordania untuk menyepakati pengurangan tindakan tindakan yang dapat memicu konflik.

Disamping itu disepakati juga hal yang sangat krusial yang terkait dengan pembangunan perubahan di wilayah Israel selama 6 bulan.

Demikian juga pada tanggal 19 Maret lalu pejabat Israel dan Palestina menyepakati satus quo di tempat tempat suci di Yerusalem di bulan suci Ramadhan.

Namun sayangnya di lapangan ini semua kesepakatan ini dilanggar oleh kedua belah pihak sehingga pecah konflik yang mematikan di bulan suci Ramadhan ini.

Wilayah Gaza merupakan hot spot konflik Israel dan palestina karena di wilayah inilah Hamas dan tentara Israel berbenturan langsung karena adanya perbedaan kepentingan yang sangat mendasar.

Konflik Palestina Israel tidak hanya terjadi di wilayah pendudukan saja namun juga merembet ke Syria dan Lebanon karena banyak pendukung Hamas berada dan berjuang di wilayah ini.

Serangan udara Israel di wilayah Khan Younis di selatan Gaza tanggal 7 April 2023. Photo: Ashraf Amra/ Reuters
Serangan udara Israel di wilayah Khan Younis di selatan Gaza tanggal 7 April 2023. Photo: Ashraf Amra/ Reuters

Oleh sebab itu tidak heran Israel melakukan serangan ke wilayah ini untuk melumpuhkan kekuatan Hamas dan juga mengurangi pengaruh Iran di wilayah ini.

Kini Hamas mendapatkan tekanan dari akar rumput untuk melakukan perlawanan atas pendudukan Al Aqsa atas aksi brutal tentara Israel di tepat suci umat islam ini. Oleh sebab itu ke depan meningkatnya kekerasan dan konflik Israel Palestina ini diperkirakan akan terus terjadi

Sebagai buntut dari penyerangan Al Aqsa ini dikhawatirkan Perdana Menteri Israel Netanyahu akan mengambil langkah mengurangi akses dan gerak warga Palestina ke berbagai tempat suci umat Islam lainnya di wilayah pendudukan yang tentunya akan memicu konflik lebih lanjut.

Pembatasan akses ke al Aqsa dan hanya memberikan ijin pada jam jam tertentu bagi warga muslim untuk melakukan ibadah di tempat suci dan dibulan suci ini hanya akan menjadi pemicu konflik yang lebih besar lagi.

Kecaman yang dilakukan oleh Uni Eropa, Amerika dan negara Arab tampaknya tidak berpengaruh apapun terhadap tindakan brutal Israel.

Dalam kasus konflik Palestina Israel ini dunia tampaknya sama sekali tidak berdaya untuk mencegah ataupun menghentikan tindakan Israel yang semena sema yang dilakukan atas dasar kepentingan Israel semata.

Menyelesaikan konflik Palestina dan Israel ini memang tidak semudah membalikkan tangan karena adanya perbedaan kepentingan yang sangat mendasar dan sejarah panjang lahirnya kedua bangs aini.

Namun pertanyaan yang paling mendasar adalah sampai kapan konflik Palestina Israel ini terus terjadi dan memakan korban jiwa?

Ataukah ada ada misi lain yang senagaja untuk mempertahankan konflik Israel dan Pelestina ini agar tetap langgeng karena konflik ini memberikan keuntungan politik dan ekonomi bagi negara negara tertenu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun