Sebelum Kapten Cook mendarat di Australia dan mengkolonisasi benua kangguru ini, alam Australia dapat dikatakan masih murni.
Penduduk asli Australia Aborigin sepanjang sejarahnya memang hidup dan akrab dengan alam, sehingga secara moral maupun tidakan orang Aborigin sangat menghargai alam sebagai sumber kehidupan merekan.
Jauh sebelum orang kulit putih mendarat dan mengkolonisasi Australia sebenarnya suku Bugis sudah lama berkunjung ke Australia dalam upaya mencari teripang di perairan yang kini diklaim sebagai wilayah Australia.
Sejarah juga mencatat bahwa kedatangan suku Bugis di Australia diterima dengan baik oleh suku Aborigin bahkan banyak teknologi baru seperti teknologi pembuatan perahu dan menangkap ikan diadopsi oleh suku Aborigin.
Hal yang terpenting bahwa orang Bugis walaupun sudah lama melakukan kontak dengan suku Aborigin namun tidak pernah terbesit dipikiran mereka untuk menguasai dan menjajah Australia.
Kedatangan orang kulit putih di benua Australia yang masih perawan ternyata dari segi ekologi mendatangkan bencana tersendiri karena banyak spesies alien tanaman maupun hewan yang dimasukkan ke Australia kelak di kemudian hari berubah menjadi bencana ekologi yang sangat merugikan dan sulit diatasi sampai sekarang.
Sebut saja katak tebu, babi liar, unta, ikan mas, kelinci dan berbagai jenis tanaman seperti kaktus yang baik sengaja maupun tidak sengaja di bawa ke Australia kini berubah menjadi hama dan perusak lingkungan
Ikan Mas Menjadi Hama
Jika di Indonesia ikan mas dibudidayakan dan diperjualbelikan sebaliknya ikan mas menjadi hama yang diupayakan untuk dimusnahkan.
Saat ini diperkirakan ada sekitar 360 juta ikan mas yang menghuni perairan Australia dan menjadi ancaman sangat serius bagi jenis ikan asli Australia dan kerusakan alam.
Ikan mas mulai dimasukkan di Australia oleh pemerintahan kolonial di tahun 1859 di wilayah Victoria Selanjutnya di tahun 1865 ikan mas kembali dimasukkan di wilayah negara bagian New South Wales yaitu di sekitar perairan Sydney dan juga di danau buatan tempat penampungan air.
Diduga dari wilayah Sydney ikan mas ini menyebar ke sungai Murray dan Darling di era tahun 1920 an.
Di tahun 1960-an jenis ikan baru diimpor dan dipelihara di wilayah Boolarra. Ketika terjadi banjir besar di tahun 1970-an ikan mas budidaya ini lepas ke alam dan mulai menginvasi sungai Murray dan Darling sampai saat ini.
Ikan mas ini selanjutnya bahkan menyebar dengan sangat cepat ke seluruh wilayah Australia sampai mencapai wilayah Tasmania.
Pemerintah Australia mengalokasikan dana yang sangat besar untuk mengatasi populasi ikan mas yang sudah tidak terkendali dan berdampak kepada kerusakan lingkungan yang sangat parah.
Tidak hanya sampai di situ saja ikan mas yang dikenal dengan nama latin Cyprinus carpio ini memiliki kebiasaan menyedot lumpur sehingga mengganggu keseimbangan ekosistem bagi fauna perairan lainnya yang berdampak pada penurunan populasi ikan asli Australia.
Virus Herpes sebagi agen bio kontrol
Pada ikan mas ada virus yang khas yang menyerang dan berakibat vatal bagi ikan mas yang dinamakan virus herpes Cyprinid herpesvirus 3 (CyHV-3)
Virus ini memang sangat ganas dan sampai saat ini diketahui hanya menyerang secara spesifik ikan mas saja
Ikan yang terserang virus ini meunjukkan gejala bercak putih, dengan bercak kulit berdarah, nekrosis atau pembusukan insang, serta ditandai dengan kelesuan dan kematian.
Penuluran virus herpes ini terjadi dengan kontak langsung sehingga sangat bersiko tinggi di perairan yang memiliki kepadatan ikan yang tinggi.
Keberadaan virus inilah yang membuat para peneliti Australia memutar pikirannya dan memanfaatkannya untuk mengendalikan populasi Ikan Mas di Australia
Berdasarkan hasil peneltian virus ini membunuh ikan mas paling efektif ketika suhu air antara 16 dan 28 derajat Celcius. Ketika virus berada dalam konsentrasi yang sangat tinggi di dalam air, virus ini dapat menginfeksi ikan tanpa bersentuhan langsung satu sama lain.
Melihat kenyataan ini terbuka lebar untuk menciptakan agen bio control ini untuk mengendalikan populasi ikan mas yang sudah berubah menjadi hama di Australia.
Virus yang spesifik menginfeksi dan membunuh ikan mas ini memang masih dalam penelitian super intensif terkait dampaknya pada ikan lainnya dan juga satwa lain non ikan serta juga dampaknya pada keseimbangan ekologi perairan jika virus herpes ini digunakan.
Dana penelitian untuk mengembangkan virus sebagai agen bio control untuk mengendalikan populasi ikan mas yang sudah menghabiskan dana lebih dari US$15 juta ini diharapkan dapat menghasilkan virus herpes khusus yang mematikan dan khusus menyerang ikan mas saja.
Sampai saat ini virus ini memang belum dilepas dialam untuk mengendalikan populasi ikan mas karena masih dalam pengamatan terkait dengan kemanjuran, keamanan dan dampak ekologisnya di alam.
Salah satu pertimbangan penting menggunakan virus herpes ini untuk mengendalikan populasi ikan mas di alam adalah dampaknya pada ikan lainnya.
Sampai saat ini memang ikan mas di Australia berasal dari satu family saja yaitu Cyprinidae. Hal ini tentunya akan mengurangi resiko sebelum penggunaan virus ini diimplementasikan.
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah virus herpes ini berdampak negatif pada jenis ikan dan juga species lainnya ?
Terkait dampaknya pada spesies lain para peneliti yang tergabung di Lembaga Penelitan CSIRO juga pernah mengujicobakan virus ini dengan cara memaparkannya pada 13 jenis ikan asli Australia, ikan trout pelangi, katak, krustasea, ayam, reptil, dan tikus.
Hasilnya cukup melegakan karena walaupun spesies spesies ini terpapar virus herpes dengan dosis 100 sampai dengan 1.000 kali jumlah minimum Cyprinid herpesvirus 3 yang diperlukan untuk menyebabkan penyakit pada ikan mas, namun ternyata tidak ada yang menunjukkan tanda-tanda klinis infeksi.
Bagaimana cara kerjanya?
Keberadaan virus ini akan membajak sel inang sehingga DNA virus ini akan ditranskripsi menjadi mRNA dan direplikasi. Setelah melalui proses ini maka virus akan berkembang dengan cepat dan berdampak mematikan pada individu yang terinfeksi.
Jika setelah terpapar virus ini kita dapat mendeteksi DNA genomik virus ini berarti virus ini dapat menyerang spesies yang diujicobakan.
D isamping itu jika ditemukan mRNA maka hal ini mengindikasikan bahwa telah terjadi replikasi virus.
Pada penelitian ini ternyata spesies yang diujicobakan tidak memiliki mRNA yang dapat diartikan bahwa virus herpes ini tidak menyerang spesies yang diujicobakan.
Hal lain yang juga memberikan harapan besar akan penggunaan agen bio control yang menggunakan virus herpes adalah tidak adanya bukti terjadi infeksi lintas spesies di alam liar di Amerika dan eropa
Walaupun hasil penelitian ini sudah membuktikan bahwa secara umum belum adanya bukti kuat bahwa spesies non-ikan mas dapat terinfeksi virus ini, namun tentunya penelitian lebih dalam lagi terkait dampak penggunaan virus herpes untuk mengendalikan ikan mas ini masih terus dilakukan sebelum suatu saat nanti virus ini digunakan di alam.
Kelak di suatu saat nanti virus herpes yang khusus menyerang ikan mas ini dapat digunakan untuk mengontrol ledakan populasi ikan mas yang sudah berubah menjadi hama di Australia.
Apa yang terjadi di Australia ini tentukan akan menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi Indonesia yang kaya akan keragaman hayati dan hewani agar dapat lebih berhati hati memasukkan spesies alien baik secara sengaja ataupun tidak sengaja karena ke depan kemungkinan dapat menjadi bencana ekologi seperti yang terjadi di Australia.
Rujukan: satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H