Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Tragedi Kemanusiaan 20 Tahun Pasca Invasi Irak oleh Amerika dkk

22 Maret 2023   18:31 Diperbarui: 24 Maret 2023   07:41 739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua aktor invasi ke Irak, Tony Blair dan George W Bush yang berdalih menghancurkan senjata pemusnah masal yang ternyata tidak ada. Photo: Getty Images. 

Masih kental dalam ingatan ketika beberapa saat sebelum invasi Amerika yang kemudian diikuti oleh sekutunya dimulai, saya menemani counterpart dosen dari The University of Georgia Amerika yang berkunjung ke Bogor.

Di hari terakhir kunjungannya dengan muka yang agak pucat menceritakan berita di TV terkait penyerangan Amerika ke Irak.

Saya juga masih ingat ketika itu mendengarkan pidato George W Bush yang menyebutkan alasan penyerangan adalah pimpinan Irak saat itu Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal.

Dengan lantang ketika itu George W Bush menyatakan bahwa pasukan Amerika dan sekutu sedang melakukan operasi militer untuk melucuti senjata Irak dan membebaskan rakyat Irak serta melindungi dunia dari ancaman bahaya besar.

Saat itu dunia terpana mendengarkan pidato George W Bush ini dan memaklumi serangan Amerika tersebut.

Serangan rudal Amerika dan sekutunya pada malam hari selama beberapa minggu berhasil meluluh lantakkan Bagdad. Photo: .aljazeera.com 
Serangan rudal Amerika dan sekutunya pada malam hari selama beberapa minggu berhasil meluluh lantakkan Bagdad. Photo: .aljazeera.com 

Kelak setelah perang Irak selesai ternyata tidak ada satu pun senjata pemusnah massal yang digembor-gemborkan Presiden Amerika itu yang ditemukan.

Tidak ada yang dapat menyangkal bahwa penyerangan Amerika dan sekutunya ini bertujuan untuk menguasai pasokan minyak dan menjatuhkan Saddam Hussein.

Kehancuran Irak

Echo serangan 20 tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 20 Maret 2003 itu yang diikuti dengan pendudukan Amerika masih bergema sampai sekarang di seluruh Irak.

Dengan brutal pasukan Amerika memburu Saddam Hussein, menangkap dan menggantungnya dengan menggunakan tangan pengadilan Irak.

Saddam Hussein yang saat itu dianggap sebagai pimpinan otoriter kini memang telah tiada, namun iming-iming yang dijanjikan Amerika dan sekutunya bahwa pasca kematian Saddam Hussein, Irak akan terbebas dari belenggu otoriter dan lebih aman ternyata tidak terjadi.

Pasca runtuhnya kepemimpinan Saddam Hussein, Irak terluka parah karena kerusakan ekonomi dan pergolakan politik yang tidak henti-hentinya melanda negara itu pasca invasi Amerika dan sekutunya.

Perang Irak yang dikobarkan oleh Amerika dan sekutunya ini memakan korban jiwa sebanyak 200.000 dari warga sipil Irak dan sekitar 4.500 tertara Amerika yang terbunuh.

Invasi Amerika dan sekutunya ini ternyata menimbulkan efek domino yang mengakibatkan ketidakstabilan politik dan ekonomi sampai saat ini.

Jika kita tengok kembali sejarah, sebelum invasi Amerika terjadi, Saddam Hussein melakukan invasi ke Kuwait pada tahun 1990.

Invasi ke Kuwait inilah yang membuat Amerika mulai merancang penghancuran Saddam Hussein dengan cara menanamkan fondasi demokrasi liberal di Irak yang diharapkan menimbulkan gelombang gerakan penggulingan Saddam Hussein.

Jika dianalisis lebih dalam lagi maka invasi yang dilakukan oleh Amerika ke Irak ini tidak terlepas dari serangan 9/11 yang terjadi pada tahun 2001 yang mempermalukan Amerika di mata dunia.

Dua aktor invasi ke Irak, Tony Blair dan George W Bush yang berdalih menghancurkan senjata pemusnah masal yang ternyata tidak ada. Photo: Getty Images. 
Dua aktor invasi ke Irak, Tony Blair dan George W Bush yang berdalih menghancurkan senjata pemusnah masal yang ternyata tidak ada. Photo: Getty Images. 

Invasi Amerika dan sekutunya ini memang dengan waktu yang singkat berhasil melumpuhkan militer Irak dan merebut Baghdad yang setiap malam dihujani peluru kendali yang diluncurkan dari berbagai arah oleh Amerika dan sekutunya.

Dalam waktu 3 minggu saja pasukan Amerika berhasil menguasai Bagdad dan membuat Saddam Hussein tersingkir dan melarikan diri.

Peristiwa tersebut dianggap sebagai kemenangan besar Amerika yang dikampanyekan sebagai upaya membebaskan rakyat Irak dari rezim Saddam Hussein sekaligus mengembalikan reputasinya yang rusak akibat serangan 9/11.

Rupanya invasi Amerika ini menimbulkan gelombang kekacauan yang luar biasa di seluruh wilayah Irak. Pelanggaran hukum terjadi di mana-mana yang justru menggambarkan kegagalan pasukan Amerika dan sekutunya menertibkan kemananan di Irak.

Nasib Saddam Hussein memang berakhir tragis karena menjelang akhir tahun 2003 dirinya berhasil ditangkap oleh pasukan Amerika ketika sedang bersembunyi di lubang dengat rumah masa kecilnya di Titrik.

Melalui pengadilan singkat Saddam Hussein akhirnya dihukum mati dengan tuduhan melakukan pembunuhan massal dan melakukan kejahatan kemanusiaan.

Tanggal yang dipilih untuk mengekskusi Saddam Huseein yaitu tanggal 30 Desember 2006 menimbulkan kontroversi tersendiri karena tanggal tersebut bertepatan dengan hari raya Idul Adha yang dianggap sengaja dipilih oleh Amerika.

Seusai perang dengan sangat mudahnya George W Bush menyatakan bahwa senjata kimia, biologi, dan nuklir yang digembar-gemborkan dan menjadi alasan invasi tidak ditemukan di Irak.

Data intelejen yang menjadi dasar invasi ini ternyata diumumkan secara resmi oleh komisi kepresidengan di tahun 2005 sebagai informasi yang menyesatkan dan tidak mendasar.

Usai invasi Amerika mulai melancarkan misinya membangun demokrasi liberal dengan cara membubarkan militer dan intelejen Irak dan sekaligus melarang partai Baath yang telah lama mengusai perpolitikan di Irak.

Di masa transisi pengalihan kekuasaan dari Amerika ke Irak di tahun 2000an menimbulkan kekacauan yang menimbulkan puluhan tibu korban jiwa dan juga membangkitkan pemberontakan Al Qaeda yang kelak menimbulkan kebangkitan ISIS.

Pejuang Sunni berhasil menghancurkan konvoy pasukan Amerika di tahun 2004. Photo: Image caption
Pejuang Sunni berhasil menghancurkan konvoy pasukan Amerika di tahun 2004. Photo: Image caption

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya jatuhnya Saddam Hussein ternyata tidak menimbulkan kedamaian seperti yang diharapkan rakyat Irak, namun justru sebaliknya menimbulkan gesekan kelompok sektarian antara kelompok, Sunni, Syiah, dan Kurdi yang menimbulkan ketidak stabilan politik, ekonomi, dan keamanan.

Ibarat mencampur api dengan minyak, pemerintahan yang dibentuk oleh Amerika mencoba mengakomodasi semua kekuatan, yaitu Syiah, Sunni, dan dari kelompok Kurdi yang terbukti menimbulkan gesekan politik dan ketidakstabilan yang berkelanjutan.

Di tengah-tengah konflik dan ketidakstabilan politik ini akhirnya ISIS muncul dan menguat disaat pasukan Amerika ditarik dari Irak di tahun 2011.

Kekosongan kekuasaan ini membuat ISIS mendeklarasikan pemerintahan kekhalifahan yang sempat menguat di tahun 2014, namun akhirnya berhasil dikalahkan di tahun 2017 yang kembali melibatkan pasukan Amerika.

Pasca kejatuhan ISIS ternyata ketidakstabilan pemerintah Irak terus terjadi yang menimbulkan pemberontakan dan gelombang unjuk rasa berkelanjutan sampai saat ini.

Invasi Amerika dan sekutunya di Irak memang menimbulkan dampak sistemik penghancuran Irak yang kemungkinan besar telah dirancang sebelumnya agar menimbulkan ketidakstabilan tidak saja di Irak namun juga dikawasan Timur Tengah.

Pemberontakan, pembunuhan, konflik sektarian makin meruncing yang menimbulkan ketidakstabilan politik ini setiap saat dapat saja memicu perang saudara yang lebih besar lagi.

Tidak hanya sampai disitu saja ternyata invasi Amerika juga menghancurkan perekonomian negara yang dulunya pernah jaya dengan produksi gas dan minyaknya yang berlimpah.

Bagi Amerika Irak merupakan masa lalu yang harus dilupakan tanpa sedikitpun merasa bersalah atas kejahatan kemanusiaan yang telah dilakukannya.

Tentunya banyak orang yang bertanya-tanya apa sebenarnya hasil dari invasi Amerika? 

Impian akan masa depan Irak yang lebih baik kini tinggal bayangan mimpi di siang bolong.

Rujukan : satu, dua, tiga, empat, lima

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun