Bukti yang diperdebatkan pada kasus Hakamada ini adalah lima potong pakaian berlumuran darah yang menurut penyelidik diduga dikenakan Hakamada selama kejahatan itu.
Pakaian ini yang menurut penyidik disembunyikan di tong fermentasi miso ini ternyata ditemukan lebih dari setahun setelah penangkapan Hakamada.
Dasar dari pertimbangan pengadilan Tokyo ini adalah hasil dari penelitian ilmiah yang membuktikan bahwa pakaian yang direndam dalam tong Miso selama setahun ternyata membuat kain menjadi gelap dan akan mengaburkan noda darah.
Hal inilah yang membuka celah ada kemungkinan penyidik merekayasa bukti yang diajukan di pengadilan di tahun 1967 lalu karena bukti pakaian yang diperlihatkan di pengadilan noda darahnya sangat jelas.
Dengan berkembangnya teknologi pengacara juga mendukung pengadilan sebelumnya yang menyatakan bahwa sampel darah yang ditemukan pada pakaian tersebut tidak cocok dengan DNA Hakamada.
Disamping itu ukuran celana panjang yang ditemukan tidak cocok dengan ukuran tubuh Hakamada saat itu.
Menegakkan keadilan
Jepang merupakan salah satu negara yang masih menerapkan hukuman mati dengan pelaksanaannya yang dirahasiakan.
Jika seorang terpidana akan dihukum mati, terpidana baru diberitahukan pada pagi hari di hari H eksekusinya dengan cara digantung.
Perjalanan hidup Hakamada selama menjalani proses hukum ini memang telah mengubah jalan hidupnya.
Kesehatan mental Hakamada telah menurun drastis karena hampir setengah abad penahanannya yang kebanyakan di sel isolasi, dirinya dirundung rasa ketakutan yang luar biasa karena setiap saat dirinya berpeluang diberi tahu akan digantung.
Kasus Hakamada ini memang mengundang perhatian dunia sekaligus mencerminkan bagaimana pengadilan dan pihak penegak hukum harus bertindak secara hati hati jangan sampai mengeksekusi orang yang tidak bersalah.