Namun tampaknya ketidak sediaan Bolsonaro menghadiri pelantikan Presiden Lula dan memilih pergi ke luar negeri memicu kembali ketidak puasan ini dan berujung pada penyerbuan kongres dan kantor presiden yang mencederai demokrasi ini.
Dengan mengobarkan isu komunis akan menguasai Brasil yang dikombinasikan dengan kekecewaan yang sangat mendalam akibat kekalahan dalam pemilu, para pendukung ini akhirnya secara membabi buta menyerang kantor lambing demograsi Brasil ini.
Sementara itu retorika Bolsonaro yang terus menerus mengobarkan perpecahan dan mempertanyakan validitas hasil pemilu yang baru saja usai terus menjadi bahan bakar kemarahan pendukungnya.
Seusai pemilu sebenarnya gugatan telah diajukan oleh pihak Bosonaro namun ditolak oleh pengadilan.
Kekalahan di pengadilan ini ternyata tidak membauat Bolsonaro surut tapi justru memilih menggunakan media seperti Twiter untuk mengobarkan tuduhan kecurangan pemilu.
Apapun alasannya penjarahan dan penyerbuan gedung gedung publik yang menjadi simbol pemerintahan dan demokrasi Brasil ini merupakan tindakan di luar hukum.
Sebentar lagi Indonesia akan menghadapi pesta akbar pemilu yang diharapkan dapat berjalan dengan lancar.
Apa yang terjadi di Brasil diharapkan menjadi pelajaran penting bagi Indonesia utamanya peserta pemilu harus siap menang dan siap kalah dan selalu bertindak di atas rel demokrasi yang telah disepakati.
Tanpa kedewasaan politik maka demokrasi tidak akan dapat berjalan dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H