Hasil pemilu ini menjadikan Brasil yang terbelah akibat haluan politik yang bertolak belakang dari mantan presiden dan penggantinya.
Bagi pendukung Bolsonaro penyerangan kongres merupakan cerminan ketidakpercayaan mereka terhadap sistem demokrasi dan peradilan Brasil dan mereka menyatakan bahwa suara mereka tidak terwakili lagi.
Apapun alasannya tindakan ribuan pendukung Bolsonaro yang tidak puas akan hasil pemilu ini merupakan tindakan di luar konstitusi yang justru mencederai demokrasi yang mereka perjuangkan.
Tidak hanya sampai disitu saja gelombang penyerangan ini diikuti dengan serangan di media sosial dengan cara penyebarkan informasi dan berita palsu yang ditujukan untuk menyulut api pergerakan ini sekaligus menyudutkan presiden terpilih Lula.
Informasi palsu yang disebarkan menyangkut aliran komunis persiden terpilih yang akan menutup gereja gereja dalam memerintah Brasil.
Informasi ini jauh hari sudah dikobarkan dalam masa kampanye pemilu dengan tujuan agar Bolsonaro dapat memenangkan kembali kursi kepresidenannya.
Sebelum pemilu berlangsung para pendukung Bolsonaro sangat yakin bahwa tokoh yang didukungkan akan mengalahkan Lula.Â
Atas dasar kepercayaan seperti inilah para pendukung Bolsonaro sangat sulit menerima kekalahan dan beberapa saat setelah hasil pemilu diumumkan mereka berkemah di depan barak militer dengan harapan militer akan turun tangan dan melakukan kudeta.
Untungnya militer Brasil secara tegas menyatakan tidak akan ikut campur dalam politik dan menghormati hasil pemilu, sehingga akhirya presiden Lula dapat dilantik dengan lancar.
Kerusuhan yang terjadi pasca pelantikan presidan Lula ini untungnya hanya berlangsung selama seminggu saja.