Kematian gadis remaja Mahsa Amini petengahan September lalu yang masih berumur 22 tahun ketika berada dalam tahanan polisi menjadi pintu masuk gelombang protes warga Iran yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.
Kasus kematian Amini yang dianggap melanggar aturan berpakaian yang telah ditetapkan oleh pemerintah merupakan puncak frustrasi generasi muda Iran yang selama ini terdampak berat oleh aturan ketat pemerintah terhadap kebebasan berpendapat.
Disamping itu sanksi ekonomi yang diterapkan oleh Amerika dan sekutunya berdampak besar para perekonomian Iran yang membuat masyarakat semakin sulit kehidupannya.
Rasa frustrasi sebagian masyarakat Iran utamanya generasi muda dapat diartikan sebagai fenomena gunung es pergerakan akar rumput yang menuntut dilonggarkannya aturan pemerintah terkait kebebasan berpendapat dan juga kelonggaran aturan yang ditetapkan oleh pemerintah yang mengatur hampir semua sendi kehidupan masyarakat.
Fenomena gunung es ini tampak sekali ketika gelombang demi gelombang protes melanda Iran yang sebelumnya tidak pernah terjadi secara massal.
Masyarakat telah mengabaikan ancaman pemerintah terkait dengan konsekuensi dari protes ini karena bertentangan dengan makna revolusi Iran yang dimulai pada tahun 1979 yang menumbangkan pemerintahan monarki yang didukung oleh Amerika.
Sejak terjadinya revolusi ini kehidupan masyaraat Iran berada dalam aturan yang sangat ketat termasuk cara berpakaian di tempat umum dan kebebasan berpendapat.
Gelombang protes yang terjadi di Iran dapat dianggap sebagai peristiwa luar biasa karena walaupun pemerintah telah memberi ultimatum keras pada gerakan protes ini ternyata para demonstran masih terus melakukan aksinya.
Akibatnya sampai saat ini sudah ada 18.000 demonstran yang ditangkap dan ditahan serta diperkirakan telah memakan korban jiwa lebih dari 470 orang.