Apa yang diperlihatkan oleh tim Jerman ini jika dilihat sepintas merupakan sesuatu  yang wajar sebagai ungkapan pendapat terhadap ketidak setujuan akan pelarangan dan diskriminasi terhadap kelompok LGBT oleh para pemain sepakbola Jerman.
Namun dibalik itu semua tindakan ini menimbulkan pertanyaan besar terhadap perlakuan dan tindakan rasisme yang dilakukan oleh sesama pemain, fans dan juga media Jerman terhadap Mesut Ozil hanya karena dirinya merupakan keturunan imigran Turki.
Mesut Ozil jelas merupakan korban rasisme berbagai pihak di Jerman yang akhirnya menyebabkan dirinya mengundurkan diri dari tim nasional Jerman.
Kita tentunya dapat  membayangkan orang sekaliber Mesut Ozil saja mendapatkan perlakuan rasisme apalagi para imigran biasa lainnya yang kini tinggal di Jerman.
Oleh sebab itu tidak heran ketika di pertandingan Jerman melawan Spanyol para penonton yang umumnya warga Qatar melakukan tindakan  yang sama dengan menutup mulutnya dan membawa foto Ozil.
Sontak saja aksi  supporter sepakbola ini mengingatkan dunia bahwa tim sepakbola Jerman memang memiliki hak untuk memprotes FIFA terhadap pelarangan penggunaan armband one love ini, namun secara tidak sadar tim dan fans Jerman melakukan tindakan rasisme yang sama terhadap warga negaranya.
Double standard yang dilakukan oleh pemain tim sepakbola Jerman ini mengingatkan  kita semua bahwa kebebasan berpendapat dan tindakan rasisme juga terjadi dan merupakan bahwa laten di negara negara maju yang seringkali secara lantang bersuara  menentang rasisme ini.
Dalam kasus pelarangan penggunaan One Love armband ini Mesut Ozil menang secara terang terangan menentang kelompok LGBT yang diyakininya bertentangan dengan agama yang dianutnya.
Ozil pernah mengungkapkan bahwa dulu dirinya sangat bangga bermain di tim nasional dengan menggunakan seragam nasional Jerman, namun  karena rasime  kini dirinya tidak merasakan kebanggaan lagi karena menurut dirinya rasisme seharusnya tidak terjadi dan tidak pernah dapat diterima.