Gonjang ganjing perpolitikan Malaysia tampaknya akan sedikit mereda, setelah Raja Malaysia akhirnya menentapkan Anwar Ibrahim sebagai Perdana Menteri Malaysia.
Gejolak politik ini tercermin dengan jelas karena sejak tahun 2018 lalu Malaysia telah berganti 3 Perdana Menteri.
Keputusan Raja ini sekaligus mengakhiri ketidakpastian politik Malaysia pasca pemilu yang dimajukan dan tidak menghasilkan pemenang mayoritas,
Dalam pemiliu yang baru saja usai, koalisi yang dipimpin oleh Anawar Ibrahim hanya mendapatkan 82 kursi dari 112 kursi yang diperlukan untuk mendapatkan mayoritas di parlemen.
Sementara mantan Perdana Manteri Malaysia Muhyiddin Yassin hanya mendapatatkan 72 kursi.
Ditetapkannnya Anawar Ibrahim sebagai perdana Menteri Malaysia yang 10 ini tidak lepas dari dukungan Partai UMNO yang kalah dalam pemilu ini namun menyatakan dukungannya terhadap Anwar Ibrahim.
Penantian Panjang
Perjalanan politik Anawar Ibrahim tidaklah mudah. Dalam kurun waktu 30 tahun berbagai peristiwa mewarnai perjalanan karier politiknya sampai pada puncaknya dinyatakan bersalah karena kasus sodomi yang sampai saat ini masih kontroversi.
Berbagai upaya lawan politiknya memang berhasil menjegal upaya Anwar Ibrahim untuk menjadi Perdana Menteri Malaysia walaupun secara peluang Anwar Ibrahim memilikinya.
Anwar Ibrahim yang kini berusia 75 tahun di tahun 1990an berhasil meniti kariernya dan mencapai posisi Wakil Perdana Menteri.
Demikian juga di tahun 2018 lalu Anwar Ibrahim sudah sangat dekat dengan jabatan yang ditujunya yatu Perdana Menteri, namun semua peluang ini memang gagal karena adanya upaya sistematis dari lawan-lawan politiknya untuk menjegalnya.
Kasus kontroversi tuduhan sodomi yang menimpa Anwar Ibrahim merupakan salah satu contoh skenario politik yang digunakan lawan poltiknya untuk menghabisi karier politiknya.
Seperti yang diuraikan sebelumnya dukungan UMNO yang notabene merupakan lawan politik Anwar Ibrahim sangat mengejutkan. Dukungan ini memuluskan perjalanan Anwar Ibrahim mencapai puncak karier politiknya sebagai Perdana Menteri Malaysia,
Peran Raja Malaysia dalam menengahi kisruh politik ini memang sangat sentral dan diatur oleh undang-undang.
Oleh sebab itu keputusan Raja untuk menunjuk Anwar Ibrahim sebagai Perdana Menteri Malaysia merupakan win win solution yang tentu saja tidak akan memuaskan semua pihak.
Namun paling tidak risiko politik akibat keputusan Raja ini dapat dinilai paling kecil karena memang koalisi yang dipimpin oleh Aawar Ibrahim walaupun tidak menang mutlak namun keluar sebagai pemenang pemilu.
Pilihan kerajaan ini tentunya melihat dukungan yang lebih kuat dari rakyat Malaysia terhadap Anwar Ibrahim dibandingkan dengan para pemimpin koalisi lainnya.
Para penentang Anwar Ibrahim tentunya harus sadar bahwa kini tiba saatnya untuk melakukan rekonsiliasi dan bekerja sama membentuk dan menjalankan pemerintahan yang lebih stabil untuk menyelamatkan perekomian Malaysia yang terpuruk akibat meroketnya inflasi.
Malaysia yang perekonomiannya pernah dijuluki macan Asia di era sebelum krismon di tahun 1998 mau tidak mau harus bersatu untuk membawa Malaysia keluar dari keterpurukan ekonomi ini.
Nilai mata uang Malaysia juga mencapai titik terlemah membuat perekonomian Malaysia mengalami ketidakpastian.
Rakyat Malaysia dengan jumlah penduduk 33 juta jiwa kini sedang menunggu perubahan yang akan dilakukan oleh Anwar Ibrahim untuk menyelesaikan carut marut politik yang ada dan juga masalah ekonomi yang menyangkut hajat orang banyak.
Masalah skandal mega korupsi yang dilakukan oleh Mantan Perdana Menteri Najib Razak juga masih menyisakan masalah dan harus dituntaskan dengan baik karena menyangkut keadilan ekonomi.
Dipenjarakannya Najib memang belum cukup karena kasus mega korupsi ini menyangkut orang banyak mantan pejabat utamanya dari partai UMNO.
Dari catatan perjalanan Malaysia sejak mendapat kemerdekaan dari Inggris di tahun 1957 lalu, negara Jiran ini tercatat mengalami reformasi politik yang cukup bermakna di tahun 2018 lalu yang mewarnai perubahan perjalanan politik Malaysia yang selama ini didominasi oleh UMNO.
Tantangan yang akan dihadapi oleh Anwar Ibrahim memang tidaklah mudah. Disamping masalah ekonomi Malaysia juga dilanda masalah rasial yang cukup tajam dan juga masalah kebebasan berpendapat yang menjadi tuntutan rakyat Malaysia.
Namun paling tidak kestabilan politik yang diharapkan dengan terpilihnya Anwar Ibrahim menjadi Perdana Malaysia ini memberikan secercah harapan bagi rakyat Malaysia menuju masa depan yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H