Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Biodiversitas Global Menurun Drastis, Bumi Semakin Sakit

16 Oktober 2022   10:05 Diperbarui: 24 Oktober 2022   11:55 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kekeringan dan kelaparan di Afrika| Dok Simon MAINA/AFP via Tribunnews.com

Berbagai komitmen pimpinan dunia di berbagai pertemuan iklim global khususnya COP 26 PBB di Glasgow tahun lalu 120 pimpinan dunia sepakat untuk mengambil langkah untuk mengurangi laju perubahan iklim global, namun di lapangan pengrusakan lingkungan masih terus berlangsung.

Penggembalaan sapi di kawasan Amazon. Photo: Michael Dantas/AFP via Getty Images
Penggembalaan sapi di kawasan Amazon. Photo: Michael Dantas/AFP via Getty Images

Oleh sebab itu, pesimisme dunia akan berbagai komitmen ini menghantui dunia sekaligus mempertanyakan efektivitas pertemuan dan komitmen yang telah dibuat pada pertemuan keanekaragaman hayati dunia ke-15 Konferensi (COP 15)mendatang yang direncanakan akan dilaksanakan pada akhir tahun ini.

Salah satu faktor yang paling krusial dalam menurunkan laju pernurunan keanekaragaman hayati dunia ini adalah biaya pelestariannya.

Sudah menjadi rahasia umum jika kebiasaan konsumsi negara-negara kaya selama ratusan tahun terakhir ini telah memiliki andil yang sangat besar dalam hilangnya sumber daya alam dunia di berbagai belahan dunia.

Oleh sebab itu tentunya negara maju memiliki kewajiban moral untuk membantu negara miskin dan negara berkembang melestarikan keanakeragaman hayati ini setelah selama ratusan tahun mereka memiliki andil yang sangat besar bagi kehancuran alam.

Dalam mengatasi krisis alam ini tentunya tidak ada pilihan lain bahwa ekonomi hijau yang berkelanjutan harus diterapkan oleh negara negara di dunia dalam memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam dan jasa alam seperti udara dan air bersih yang akan memberikan insentif bagi negara negara berkembang yang telah berupaya untuk menjaga alamnya untuk kepentingan dunia.

Teknologi dan ilmu pengetahun yang ada saat ini telah terbukti dapat menyelamatkan spesies hewan dan tumbuhan yang hampir punah asalkan disertai dengan upaya keras dan niat serta tekad dunia yang kuat.

Asa itu memang selalu ada seperti yang diungkapkan oleh Director General, WWF International Marco Lambertini berikut:

“It’s a red alert for the planet. But we have the tools to reverse much of this loss — if we have the will.”

Tren menurunan keanekaragaman satwa liar ini memang sangat mengkhawatirkan, namun di tengah tengah pesimisme ini dunia masih memiliki sedikit optimisme untuk menyelamatkan dunia demi masa depan manusia yang lebih aman, menjanjikan, dan berkelanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun