Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Dunia Gagal Mengakhiri Kemiskinan Ekstrim pada Tahun 2030

7 Oktober 2022   15:56 Diperbarui: 11 Oktober 2022   19:16 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Upaya dunia untuk mengakhiri kemiskinan ekstrim di muka bumi ini pada tahun 2030 kemungkinan besar tidak akan tercapai.

Ada dua faktor utama yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan oleh dunia akan terjadi ternyata terjadi dan berdampak sistemis pada kemiskinan. Kedua faktor tersebut adalah pandemi Covid-19 dan perang Rusia dan Ukraina.

Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Bank Dunia target dunia untuk mengeliminasi kemiskinan ekstrim di tahun 2030 tidak akan tercapai karena adanya guncangan ekonomi yang tidak diprediksi sebelumnya.

Laporan terbaru yang dikeluarkan oleh Bank Dunia menyebutkan bahwa kedua peristiwa ini membuat harga pangan dan energi meroket sehingga menghambat pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Bahkan di laporan tersebut disebutkan secara eksplisit bahwa ekonomi dunia mengalami kemunduran yang luar biasa sehingga laju pengurangan kemiskinan terhenti akibat prospek pertumbuhan ekonomi dunia yang semakin tidak menentu pasca invasi Rusia ke Ukraina.

Disamping itu perlambatan pertumbuhan ekonomi di negara yang berpenduduk besar seperti Tiongkok dan India menurut Bank Dunia merupakan salah satu pemicu peningkatan inflasi.

Kemiskinan Ekstrim Semakin meningkat

Ilustrasi/Kemiskinan | Sumber : U-Report via Viva.co.id
Ilustrasi/Kemiskinan | Sumber : U-Report via Viva.co.id

Dengan situasi global yang sangat memprihatinkan ini Bank Dunia mencatat bahwa saat ini ada 7% dari penduduk dunia yaitu sebanyak 574 juta jiwa mengalami kemiskinan ekstrim yang bertahan hidup dengan US$ 2.15 per hari saja.

Saat ini Kemiskinan ekstrim sekarang terkonsentrasi di negara-negara Afrika sub-Sahara, yang pemingkatan kemiskinannya mencapai 35% dan berkontribusi terhadap 60 % jumlah orang yang mengalami kemiskinan ekstrim di dunia.

Laporan Bank Dunia ini juga menyebutkan bahwa lebih dari tiga miliar orang hidup dengan kurang dari US $6,85 per hari, yang merupakan rata-rata garis kemiskinan nasional negara-negara berpenghasilan menengah ke atas.

Data yang ada menunjukkan bahwa laju peningkatan angka kemiskinan sebenarnya telah melambat dalam kurun waktu 5 tahun menjelang pandemi. Namun dengan terjadinya pandemi Covid-19 ada sekitar 40% orang termiskin dunia mengalami kehilangan pendapatan rata-rata sebesar 4% selama pandemi.

Situasi ini tidak jauh berbeda dengan yang dialami oleh negara kaya karena juga berdampak pada orang kaya dunia.

Perlu Langkah Ekstrim

Guna mengendalikan tren pengurangan kemiskinan dunia ini Bank Dunia berpendapat bahwa dunia harus membuat kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan juga melakukan pengentasan kemiskinan secara bersama.

Tanpa upaya ekstrim ini dikhawatirkan kemiskinan ekstrim justru akan meningkat karena dunia dilanda krisis multi dimensi akibat inlfasi, depresiasi nilai mata uang dan krisis yang saling terkait dan berdampak luas.

Kegagalan dunia dalam mengurangi kemiskinan di negara miskin tentunya akan memiliki implikasi yang sangat besar bagi kemampuan dunia dalam mengatasi dan mengurangi pengaruh krisis iklim global.

Banjir besar yang melanda Pakistan yang bersampak sistemik ini merupakan salah satu contoh nyata akan terpuruknya satu negara akibat perubahan iklim global yang menyengsarakan rakyat dan membuat laju kemiskinan semakin meningkat.

Jka dianalisa lebih dalam krisis ekonomi yang sedang dihadapi dunia saat ini tidak saja berdampak pada negara miskin namun juga pada negara maju.

Ketidak mampuan negara miskin dan negara berkembang yang umumnya berpenduduk padat ini akan menurunkan daya beli produk sehingga akan menekan pertumbuhan ekonomi negara maju yang memproduksi barang dan jasa tersebut.

Bahkan saat ini sudah banyak negara miskin dunia yang dikategorikan ke dalam kelompok negara yang gagal dalam membayar hutangnya.

Dukungan negara kaya dalam membantu mengentaskan kemiskinan dunia juga tidak merata karena pemulihan ekonominya yang tidak merata.

Ke depan tampaknya upaya pengentasan kemiskinan ekstim dunia ini sangat tergantung pada niat dan keinginan negara maju dalam melakukan bantuan dan investasinya dalam bidang pendidikan dan kesehatan yang sangat vital bagi negara berkembang.

Laporan Bank Dunia ini mengingatkan kita semua bahwa saat ini dunia sedang mengalami ketidakpastian akibat perubahan situasi global yang sangat cepat. 

Dalam situasi seperti ini solidaritas dunia memang sangat diperlukan untuk menekan kemiskinan ekstrim dunia yang kini laju peningkatannya mulai tidak terkendali.

Rujukan: Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun