Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Sejarah Kelam Monarki Inggris yang Menyengsarakan Banyak Orang

11 September 2022   09:59 Diperbarui: 11 September 2022   18:17 2579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wilayah kolonialsme  nonarki Inggris. Sumber:historyindoors.co.uk 

Tidak dapat dipungkiri meninggalnya Ratu Elizabeth II menimbulkan simpati dunia dan membangkikan kenangan manis.

Foto  Ratu Elizabeth II yang menggambarkan sosok keibuan dan senyum manisnya yang menghiasi bibir kini terpampang di berbagai  pemberitaan yang mencerminkan betapa Ratu Elizabeth II tidak hanya dicintai oleh rakyat Inggris namun juga dunia.

Namun jika  dilihat dari rekam jejak monraki Inggris di masa kolonial maka sosok Ratu Elizabeth II ini sangat bertolak belakang dengan rekam jejak sejarah kelam yang banyak menimbulkan kerugian, penderitaan dan kesengsaraan bagi banyak orang yang tidak pernah terlupakan.

Masa Kelam Monarki Inggris

Sejarah panjang  masa lalu monorki Inggris yang tidak manusiawi yang disertai dengan kekerasan, rasisme, pebudakan dan penjarahan sumberdaya alam di sebagian besar negara koloni Inggris yang umumnya bukan berkulit putih merupakan sejarah kelam yang tidak dapat dihapus  dengan gemerlapnya Ratu Elizabeth II ataupun penggantinya Raja Charles III.

Gambaran ketidak manusiawian pengangkutan budak kulit hitam oleh pemerintah kolonial Inggris. Photo:   historyindoors.co.uk
Gambaran ketidak manusiawian pengangkutan budak kulit hitam oleh pemerintah kolonial Inggris. Photo:   historyindoors.co.uk

Raja Charles III (baca pangeran  Charles)  memang pernah penyampaikan "Pengakuannya" atas sejarah kelam monarki Inggris di acara pertemuan kepala negara persemakmuran di Kigali pada awal tahun ini.  Namun ungkapan ini hanya sekedar  pengakuan dan pembenaran  masa lalu saja bukan sebagai bentuk   "penyesalan".

Masa kelam yang panjang terkait  sepak terjang monarki Inggris ini memang tidak dapat dilepaskan dengan Ratu Elizabeth II  karena merupakan bagian dari sejarah dan  tercatat sebagai ratu yang paling lama berkuasa  di dunia yang menimbulkan kerugian dan penderitaan yang tidak pernah terlupakan.

Kebrutalan monarki Inggris melakukan penaklukan dan penghancuran budaya dan cara hidup masyarakat lokal di sejumlah negara yang didudukinya sangat jelas terlulis dalam sejarah.

Praktek perbudakan dan pengerukan kekayaan alam untuk  memperkaya kerajaan Inggris merupakan kenyataan pahit yang harus diakui  oleh keluarga kerajaan Inggris.

Sebagai gambaran pada tahun 1920, wilayah Kerajaan Inggris mencakup 24% dari daratan bumi. Para sejarawan mengatakan sangat ironis jika kerajaan Inggris yang telah melakukan kekerasan secara sistemis menyatakan dirinya sebagai orang baik.

Sampai saat ini belum ada satupun anggota kerajaan yang kini tengah menikmati manisnya buah kolonialisme yang meminta maaf secara terbuka atas penderitaan banyak orang akibat praktek kolonialisme monarki  Inggris ini.

Jejak sejarah dan masa kelam yang diakibatkan oleh Monarki Inggris ini masih tampak jelas di berbagai negara bekas jajahan Inggris.

Sebagai contoh negara kepulauan Barbados Kiribia pada bulan lalu telah memutuskan hubungannya dan ikatan bathinnya sebagai "negara bekas jajahan Inggris" dan berusaha melupakan masa lalunya yang kelam.

Keputusan Barbabos untuk melepaskan keterikannya dengan koloni Inggris ini tentunya didasari  atas realita yang dialami oleh masyarakatnya di masa kolonial.

Bagaimana mungkin suatu negara yang rakyat menderita akibat kolonialisme kerajaan Inggris ini masih tetap memiliki ikatan historis yang kelam dan memalukan.

Selain Barbados sampai saat ini sudah ada 14 negara yang memutuskan ikatannya sebagai negara bekas jajahan Inggris yang dikenal dengan Commonwealth Countries.

Perlakuan pemerintah kolonial Inggris terhadap orang Abogirin Australia di tahun 1900 an. Photo:  ustworldnews.org 
Perlakuan pemerintah kolonial Inggris terhadap orang Abogirin Australia di tahun 1900 an. Photo:  ustworldnews.org 

Skandal Anggota Kerajaan

Disamping sejarah kelam kolonialisme, kemelut, dinamika dan prilaku  keluarga kerajaan Inggris juga mendapat  sorotan tajam.

Kematian Putri  Diana yang sampai sekarang belum terungkap masih menimbulkan spekulasi bahwa Putri Diana meninggal terkait skenario besar  pembunuhan tingkat tinggi yang sangat tragis.

Penyelidikan   kematian Putri Diana jika diteruskan lebih lanjut diperkirakan akan membuka aib keluarga kerajaan.

Demikian juga Pangeran Andew yang kini menghilang beritanya di tengah tengah tuduhan skandal sex yang melibatkan banyak gadis gadis dan juga keterkaitannya dengan tokoh pedofil.

Pangeran Andrew juga kini telah dikucilkan oleh kerajaan Inggris akibat dia mengungkapkan rahasia dan aib yang terjadi di kalangan keluarga kerajaan.

Di lain pihak pangeran Harry dan istrinya Meghan memilih mengungkapkan rahasia kerajaan termasuk rasisme  secara terbuka ketika  diwawancarai oleh Oprah Winfrey.

Bahkan mereka menyatakan secara terbuka alasan mengapa mereka meninggalkan glamornya sebagai anggota kerajaan Inggris karena ingin hidup dalam dunia nyata bukan sebaliknya hidup dalam dalam dunia dongeng yang tidak realistis.

Dalam wawancara tersebut pangeran Harry menyebutkan bahwa ayahnya dan kakak laki lakinya telah terjebak dalam sistem yang yang membelenggunya dan tidak dapat menghindar.

Manis dan elegen nya  sosok ratu Elizabeth II yang mendapat simpati dunia ini memang tidak sejalan dengan sejarah kelam Monorki Inggris yang menodai nilai nilai kemanusiaan dan rasa keadilan yang berlangsung selama  ratusan tahun.

Raja Inggris Charles III yang kini telah mengambil estafet monarki tentunya memiliki tugas berat terkait masa kelam monarki dan juga bagaimana menangani kemelut yang ada di dalam keluarga kerajaan.

Pendaratan Kapten Cook di Botany Bay di sekitar kota Sydney   tahun 1770 menandai penderitaan panjang masyarakat Aborigin. Photo:  National Library of Australia  
Pendaratan Kapten Cook di Botany Bay di sekitar kota Sydney   tahun 1770 menandai penderitaan panjang masyarakat Aborigin. Photo:  National Library of Australia  

Masih melekat dalam ingatan ketika orang aborigin setiap tahunnya di masa kolonialisme diarak dan dipaksa ikut memperingati hari bersejarah pendaratan kapten Cook di Australia tahun 1770 yang menandai menancapan kuku kolonialisme Inggris dengan cara dirantai lehernya.  Orang aborigin dipamerkan dan diarak  layaknya bukan seperti  manusia (baca selengkapnya di sini)

Dampak kolonialisme Inggris masih dapat dirasakan oleh minoritas Aborigin Australia. Dalam kurun waktu  tiga dekade terakhir, lebih dari 400 orang Aborigin tewas dalam tahanan, baik ditahan di penjara atau di bawah penangkapan polisi  banyak yang meninggal dalam keadaan mencurigakan, beberapa karena kelalaian atau kurangnya bantuan medis. Tidak ada petugas yang dihukum atas kematian-kematian itu (baca selengkapnya di sini dan di sini)

Jaman memang sudah berubah tapi masa lalu tidak dapat dilupakan begitu saja karena  banyak sekali orang  dan keluarga di luar sana  yang menjadi korban kejamnya  kolonialisme yang dilakukan oleh monarki Inggris yang tidak akan pernah melupakan apa yang pernah dialaminya, keluarga  dan keturunanya. 

Rujukan: satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun