Upaya para ilmuwan untuk mengembangkan vaksin malaria yang merupakan salah satu masalah kesehatan global dan mematikan ini dimulai sekitar 100 tahun lalu dan pada tahun 1940 an telah dilakukan uji klinis pertama.
Hasil dari pengujian vaksin di Burkina Faso menunjukkan bahwa tingkat efektifitas dosis pertama vaksin R21 mencapai 77%.
Setelah vaksin pertama ini kemanjuran vaksin yang tinggi ini ternyata dapat dipertahankan dan ditingkatkan lagi dengan suntikan booster.
Hasil uji klinis vaksin R21 yang diterbitkan dalam Lancet Infectious Diseases, menunjukkan bahwa pada anak-anak yang diberi suntikan booster dengan dosis yang lebih tinggi dari ajuvan mengalami peningkatan kekebalan dengan tingkat efektivtasnya mencapai 80%. Angka itu turun menjadi 70% pada anak anak yang diberi booster dengan dosis ajuvan yang lebih rendah.
Hal lain yang sanat menggembirakan adalah dari hasil uji klinis vaksin ini tidak menimbulkan efek negatif yang serius.
Para peneliti berharap vaksin tersebut dapat disetujui oleh WHO tahun depan, dengan asumsi uji coba yang lebih besar yang sedang berlangsung tidak muncul masalah yang tidak terduga.
Jika dibandingkan dengan vaksin lainnya buatan Inggris lainnya yaitu RTS dan S GSK yang telah disetujui oleh WHO pada tahun lalu, vaksin R21 ini memang sangat menjanjikan dan siap digunakan secara luas mulai tahun depan.
Dari hasil evalusai uji klinis, vaksin R21 merupakan vaksin malaria pertama yang memenuhi target kemanjuran WHO sebesar 75%. Pemegang lisensi vaksin ini adalah Serum Institute of India.
Ke depan vaksin malaria ini akan diproduksi paling tidak sebanyak 200 juta dosis per tahun mulai tahun depan jika sudah mendapat lampu hijau uji coba yang lebih luas dan hal ini diharapkan terjadi pada akhir tahun ini.
Tampaknya selain masalah efektivitas vaksin malaria, dunia juga dihadapkan pada masalah dana pembelian vaksin nantinya.