Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Ukraina Di Ambang Kehancuran

15 Agustus 2022   08:22 Diperbarui: 16 September 2022   21:35 999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga melintasi gedung yang hancur dihajar rudal di wilayah Gostomel, Provinsi Kyiv, Ukraina, Sabtu (18/6/2022). Gedung ini berada di sekitar pangkalan udara Gostomel yang merupakan salah satu lokasi yang pertama kali diserang Rusia. (Foto: KOMPAS/HARRY SUSILO)

Perang yang sudah berlangsung berbulan bulan ini mempengaruhi perekonomian Ukraina secara siknifikan dan memaksa 6.8 juta penduduknya meninggalkan negeri ini.

Menurut Bank Dunia Perang Rusia dan Ukraina ini tahun ini saja membyar perekonomian Ukraina menciut sebesat 45%.

Kehancukan akibat serangan Rusia pada kota kota utama yang menjadi andalan perekonomian Ukrania memang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Perang juga membuat ukraina yang dulunya menjadi salah satu eksportir komoditas utama pertanian dunia menjadi lumpuh, demikian juga dengan hancurnya pelabuhan Pelabuhan yang menjadi pintu gerbang ekspor Ukrainia.

Kehancuran ini tentu saja membuat biaya perang dan biaya perbaikan fasilitas dan sarana serta prasarana membengkak.

Perekonomian yang Semakin Memburuk

Ukraina kini sudah mulai merasakan dampak perang yang menambah terpuruknya perekonomiannya.

Sebagai gambaran pada bulan juli lalu bank sentral Ukrainia melakukan penyesuaian nilai mata uangnya yang bernama hryvnia akibat penurunan nilai mata uang tersebut secara drastis. Saat ini US$1 setara dengan 37 hryvnia, padahal tahun lalau nilainya 26.50 hryvnia.

Perusahaan energi milik negeri yang bernama Naftgaz juga telah mengalami default karena penurunan nilai sahamnya yang sangat drastis.

Meningkatnya beban utang Ukraina ini membuat pemegang obligasi di Ukraina pada minggu lalu melakukan moratorium bunga dan pembayaran hutang pokok selama dua tahun.

Saat ini Ukraina mengalami defisit sebesar US $ 4 - $ 5 miliar setiap bulannya, sedangkan cadangan devisanya hanya mencapai US $22,3 miliar, turun sekitar 25 % sejak invasi dimulai.

Bantuan dari Amerika dan Barat memang mengalir, namun umumnya dalam bentuk bantuan senjata dan peralatan dengan harapan dapat mengakhiri perang segera.

Namun pada kenyataannya bantuan senjata dengan jumlah yang sangat besar dari barat belum menunjukkan dampaknya pada berakhirnya perang yang terus berkecamuk.

Ukraina juga harus menyadari bahwa apa yang disebut bantuan dari Amerika dan Uni Eropa ini bukanlah hibah, namun merupakan hutang sekaligus beban Ukriana di masa mendatang.

Pada bulan Mei, Uni Eropa setuju untuk memberikan bantuan keuangan kepada Kyiv senilai US$9,3 miliar tapi pada kenyataannya sampai saat ini mereka hanya memberikan pinjaman bersyarat sebesar US$1,03 miliar yang digelontorkan langsung.

Kehancuran infrastruktur dan fasilitas akibat perang Rusia dan Ukraina. Photo: Fadel Senna/AFP/Getty Images.
Kehancuran infrastruktur dan fasilitas akibat perang Rusia dan Ukraina. Photo: Fadel Senna/AFP/Getty Images.

Hal ini berarti janji manis Amerika dan Barat tidak sesuai dengan harapan Ukraina untuk dapat bertahan dari krisis ekonomi yang sedang dialaminya.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy tampaknya harus menyadari bahwa bantuan yang dijanjikan tentu saja tidak semuanya diberikan dalam bentuk tunai.

Hibah sebesar US$1.03 milyar memang sudah diguyurkan oleh Uni Eropa, namun ketika menagih janji hibah sisanya US$3 milyar agar dibayarkan dengan cara yang sama, ternyata tidak selancar yang diharapkan.

Disamping itu sisa dana hibah yang dijanjikan yaitu sekitar US5 milar ternyata tidak dalam bentuk tunai namun dalam bentuk obligasi sebagai jaminan hutang.

Saat ini Ukraina tidak memiiki uang tunai yang cukup untuk membiayai belanja negara dan juga membayar bunga hutang hutangnya. Sebagai gambaran di awal perang Rusia dan Ukraina hutang luar negeri negara ini mencapai US$129 milyar.

Sampai saat ini Amerika memang telah memberikan bantuannya dan berjanji akan meberikan bantuan lagi sebesar US$4.5 milyar pada bulan Agustus ini.

Namun, bantuan ini hanya membuat Ukraina dapat bertahan selama sebulan saja dan tidak dapat menyelesaikan akar permasalahan krisis keuangan yang dialami oleh Ukraina.

Oleh sebab itu, jika ditinjau lebih dalam lagi apa yang disebut dengan bantuan Amerika dan Barat terhadap Ukraina ini hanya memberikan dampak kecil bagi krisis keuangan yang sedang dihadapi Ukraina dan bantuan tersebut langsung sirna untuk membiayai perang.

Penghapusan dan pemotongan hutang Ukraina memang dapat membantu, namun langkah ini tentunya tidak akan menjamin stabilitas negera yang sedang dalam keadaan perang karena harus melakukan rekonstruksi perekonomiannya.

Pupusnya Harapan

Antusiasme presiden Ukraina akan dukungan dan bantuan total Amerika dan Uni Eropa di awal perang ternyata tidak terjadi.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy tadinya berharap bahwa segera setaleh Rusia menginvasi Ukraina, maka akan ada bantuan tentara dan peralatan militer dari Amerika dan NATO sehingga dalam waktu singkat invasi Rusia dapat di halau.

Namun pada kenyataannya harapan ini tidak terjadi. Amerika dan NATO lebih memilih memasok peralatan dan persenjaaan militer saja untuk menghadapi Rusia.

Disamping itu Amerika dan Uni Eropa lebih memilih menerapkan sangsi pada Rusia atas dasar kepentingannya yang tanpa disadari membuat prang Rusia dan Ukraina ini berkembang menjadi krisis pangan dan energi global dan inflasi yang tidak terkendali.

Bantuan peralatan dan persenjataan militer ini bukanlah hibah seperti yang dibayangkan oleh Zelenskyy namun kelak akan dihitung sebagai hutang Ukraina di masa depan jika perang sudah usai.

Presiden Zelenskyy juga tidak menyadari bahwa bantuan peralatan dan senjata ini merupakan salah satu cara Amerika dan Uni Eropa untuk menghidupkan kembali bisnis persenjataannya sekaligus menghabiskan stok lama persenjataan dan peralatan militernya.

Antusias Amerika dan Barat dalam perang Rusia dan Ukraina ini sudah mulai memudar karena disibukkan oleh masalah dalam negeri, seperti masalah kekurangan energi dan pangan, masalah inflasi, maslaah lonjakan harga pangan, masalah politik dalam negeri, masalah suhu ekstrim, masalah kemarau dllnya.

Masalah internal ini membuat Amerika dan Barat secara perlahan mulai melupakan Ukraina.

Jika dulu seluruh kantor berita mainstream setiap saat memberitakan perang Rusia dan Ukriania, kini secara perlahan dan pasti sudah mulai jarang memberitakannya karena nilai perang Rusia dan Ukraina sudah memudar dan dikalahkan oleh pemberitaan yang menyangkut isu dalam negeri.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy harus menyadari bahwa dalam menyelesaian perang ini Ukraina harus mengandalkan kekuatan diri sendiri bukan mengharapkan janji janji manis Amerika dan Uni Eropa yang mempolititasi dan memanfaatkan perang ini untuk kepentingannya.

Tidak pelak lagi, perang Rusia dan Ukraina membawa Ukraina diambang kebangkrutan.

Walaupun sudah terlambat untuk mencegah kehancuran fisik dan perekonomian Ukraina, jalan satu satunya adalah melakukan negosiasi langsung dengan Rusia untuk menyepakai hal hal prinsip yang menjadi sengketa agar perang ini dapat segera diakhiri.

Berakhirnya perang ini akan memberikan kesempatan bagi Uraina untuk membangun kembali negaranya dan mengembalikan warganya yang kini mengungsi di berbagai negara dalam jumlah besar.

Rujukan: Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima, Enam, Tujuh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun