Bantuan dari Amerika dan Barat memang mengalir, namun umumnya dalam bentuk bantuan senjata dan peralatan dengan harapan dapat mengakhiri perang segera.
Namun pada kenyataannya bantuan senjata dengan jumlah yang sangat besar dari barat belum menunjukkan dampaknya pada berakhirnya perang yang terus berkecamuk.
Ukraina juga harus menyadari bahwa apa yang disebut bantuan dari Amerika dan Uni Eropa ini bukanlah hibah, namun merupakan hutang sekaligus beban Ukriana di masa mendatang.
Pada bulan Mei, Uni Eropa setuju untuk memberikan bantuan keuangan kepada Kyiv senilai US$9,3 miliar tapi pada kenyataannya sampai saat ini mereka hanya memberikan pinjaman bersyarat sebesar US$1,03 miliar yang digelontorkan langsung.
Hal ini berarti janji manis Amerika dan Barat tidak sesuai dengan harapan Ukraina untuk dapat bertahan dari krisis ekonomi yang sedang dialaminya.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy tampaknya harus menyadari bahwa bantuan yang dijanjikan tentu saja tidak semuanya diberikan dalam bentuk tunai.
Hibah sebesar US$1.03 milyar memang sudah diguyurkan oleh Uni Eropa, namun ketika menagih janji hibah sisanya US$3 milyar agar dibayarkan dengan cara yang sama, ternyata tidak selancar yang diharapkan.
Disamping itu sisa dana hibah yang dijanjikan yaitu sekitar US5 milar ternyata tidak dalam bentuk tunai namun dalam bentuk obligasi sebagai jaminan hutang.
Saat ini Ukraina tidak memiiki uang tunai yang cukup untuk membiayai belanja negara dan juga membayar bunga hutang hutangnya. Sebagai gambaran di awal perang Rusia dan Ukraina hutang luar negeri negara ini mencapai US$129 milyar.
Sampai saat ini Amerika memang telah memberikan bantuannya dan berjanji akan meberikan bantuan lagi sebesar US$4.5 milyar pada bulan Agustus ini.