Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Inflasi Pangan Dunia Makin Menggila, Indonesia Perlu Siaga

2 Agustus 2022   10:14 Diperbarui: 3 Agustus 2022   07:09 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pakistan kini juga sedang melakukan negosiasi dengan IMF untuk mendapatkan suntikan dana sebesar US$6 milyar untuk mengatasi kris pangan dan bahan bakar.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Bank Dunia, kenaikan harga pangan yang melanda dunia saat ini tidak saja berpengaruh pada negara-negara berpenghasilan rendah namun juga berpengaruh pada negara yang berpenghasilan relatif tinggi.

Bank Dunia menyatakan bahwa kenaikan harga pangan yang mengejutkan selama beberapa bulan terakhir telah memengaruhi sebagian besar negara di dunia, termasuk mereka yang berpenghasilan relatif tinggi.

Negara yang paling terdampak dari inflasi pangan ini adalah negara di Afrika, Amerika Utara, Amerika Latin, Asia Selatan, Eropa, dan Asia Tengah.

Dari segi teknis negara produsen biji bijian dunia seperti Prancis, Spanyol, dan Italia kini sedang dihadapkan oleh perubahan iklim global yang semakin tidak menentu yang menyebabkan negara negara ini kesulitan untuk mempertahankan tingkat produksinya.

Bagaimana dengan Indonesia?

Jika diamati lebih dalam lagi data yang dikeluarkan oleh Bank Dunia bulan April 2022 lalu yang dipublikasikan dalam bentuk Commodity Markets Outlook, maka akan terlihat bahwa perang Rusia dan Ukraina telah merubah tatanan pola perdagangan dunia, produksi, konsumsi dunia yang memicu kenaikan harga pangan global.

Dampak perang Rusia dan Ukraina ini diperkirakan oleh Bank Dunia paling tidak akan berlangsung sampai dengan tahun 2024 yang akan memicu inflasi dan ketidakamanan pangan dunia.

Rekor kenaikan harga pangan tidak dapat dipungkiri telah memicu krisis global yang mendorong jutaan orang lagi masuk ke jurang kemiskinan ekstrem, memperbesar angka kelaparan dan kekurangan gizi.

Kenaikan harga pangan dan bahan bakar ini tentunya telah menggerus cadangan uang negara di dunia yang akan berdampak pada keterpurukan perkonomiannya.

Ibarat jatuh tertimpa tangga, dampak buruk dari pandemi Covid-19 yang telah membuat sebagian besar perekonomian negara di dunia terpuruk, kini ditambah lagi dengan dampak perang Rusia dan Ukraina yang membuat banyak negara di dunia kini kesulitan untuk bertahan akibat kenaikan harga pangan yang semakin tidak terkendali.

Dunia kini memang berada pada situasi yang tidak menentu. Data yang dikeluarkan oleh State of Food Insecurity in the World (SOFI) 2022 menunjukkan bahwa, jumlah orang yang terkena dampak kelaparan di dunia meningkat pada 2021 menjadi 828 juta, meningkat sebanyak 46 juta jika dibandingkan pada tahun 2020 dan meningkat 150 juta jika dibandingkan pada tahun 2019, sebelum merebaknya pandemi Covid -19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun