Ketika pada tanggal 21 Desember 2021 Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memberikan pidato berjudul "Indo-Pacific yang bebas dan terbuka" di Jakarta, tidak banyak orang mengetahui bahwa di balik era geo politik  baru di wilayah ini ada  karya besar dari Shinzo Abe.
Mantan Perdana Menteri Jepang yang dibunuh pada tanggal 8 juli lalu tersebut merupakan salah satu pimpinan Asia yang menjadi sahabat utama  Amerika utamanya dalam membendung pengaruh politik dan militer Tiongkok di kawasan Asia.
Walaupun pasca peralihan kepepimpinan Jepang ke penerusnya ide tersebut tetap terjaga utamanya keeratan dengan Amerika, namun tampaknya tidak sedominan Shinzo Abe kharisma dan pengaruhnya.
Selama masa  pemerintahannya  pada saat yang bersamaan Abe juga secara rutin mengunjungi kuil yang merupakan cerminan  penghormatan bagi para prajurit Jepang yang gugur dalam perang dunia kedua yang biasanya menimbulkan sentimen negatif bagi barat.
Abe merupakan arsitek politik yang sangat cerdas dalam menjaga perasaan masyarakat Jepang sekaligus memuaskan mitra Barat utamanya Amerika. Sehingga di kalangan dunia barat Abe dikenal sebagai pimpinan yang lebih barat dari orang barat sendiri.
Keberhasilan rancangan arsitektur politik Abe ini membawa Jepang menuju era baru dari masa lalu yang kelam akibat keterlibatan Jepang dalam Perang dunia yang berakhir pada kekalahan Jepang yang membuat rakyat Jepang menderita.
Membendung Dominasi Tiongkok
Abe yang tercatat sebagai Perdana Menteri Jepang terlama yang memerintah Jepang ini dengan visinya yang tajam  telah memperediksi dominasi politik dan ekonomi Tiongkok  tidak saja di kawasan Asia namun juga di dunia.
Pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang sangat agresif membuat negara tirai bambu ini memperluas pengaruhnya yang mengakibatkan terjadinya pergeseran peta kekuatan militer dan politik di kawasan ini.
Abe memprediksi bahwa pengaruh ekonomi,  politik dan keamanan  Tiongkok di kawasan Asia akan mempengaruhi keseimbangan kekuatan yang selama ini ada di kawasan ini yang dapat merugikan Jepang.
Jepang yang selama ini memiliki sejarah masa lalu  suram dengan Tiongkok memang pada posisi yang sangat khawatir akan perkembangan ini.
Oleh sebab itu, Â Perdana Menteri Jepang ini di tahun 2014 mengambil langkah merevisi konstitusi Jepang, sehingga memungkinkan militer Jepang dapat terlibat perang lagi di luar Jepang.
Langkah yang diambil Abe ini memang memiliki resiko yang tinggi dan tentunya menimbulkan kehawatiran  keterlibatan kembali Jepang dalam perang  sekaligus mengingatkan  dampak Perang Dunia II yang sangat menyakitkan bagi Jepang.
Namun bagi aliansi Jepang utamanya Amerika dan negara Barat pemikiran dan langkah Abe  ini sangat diperlukan untuk membendung  pengaruh Tiongkok dan juga  berperan dalam menjaga keseimbangan kekuatan di wilayah ini.
Indo-Pacific
Munculnya istilah Indo-Pacific tentunya tidak lepas dari pemikiran Abe akan keseimbangan baru di kawasan ini. Namun bagi negara di kawasan ini  aliansi Jepang dengan Amerika dan Barat di kawasan ini dapat diartikan sebagai peluasan NATO di kawasan Asia yang akan menimbulkan ketegangan baru.
Langkah Jepang yang sangat memuaskan Amerika dan sekutunya ini tentu saja tidak  membuat semua negara Asia  merasa nyaman  dengan langkah yang diambil oleh Jepang ini.
Banyak negara Asia utamanya Tiongkok menganggap Jepang bukan lagi negara yang dapat diandalkan untuk menjaga solidaritas  Asia namun lebih dianggap sebagai kaki tangan Amerika dan Barat di Asia.
Memamui gagasan Indo-Pacific ini,  Shinzo Abe merubah pandangan tradisional kawasan Asia Pasifik  yang selama ini diterjemahkan merupakan kawasan yang meliputi Australia, Tiongkok hingga Amerika, menjadi kawasan Indo-pasifik yang memasukkan samudera Hindia dan Pasifik ke dalamnya.
Visi Abe ini telah disampaikan dalam pidatonya di tahun 2007 di Perlemen India. Sebagai konsekuensinya  konsep Indo-Pacific ini tentunya akan menggeser keseimbangan kekuatan di wilayah ini ke Asia tenggara dan Laut Tiongkok Selatan dan sekaligus menempatkan India sebagai penyeimbang  kekuatan.
Pola pikir Abe menempatkan India sebagai penyimbang untuk mengurangi pengaruh Tiongkok ini diakui Barat sebagai ide cemerlang yang menjaga kepentingan Barat di kawasan ini.
Pertimbangan memasukkan India dalam pola pikir Indo-pacific sebagai penyeimbang memiliki dasar yang  kuat karena India tidak saja merupakan negara demokratis namun juga memiliki peran ekonomi dan jumlah populasi yang sangat besar yang dapat mengimbangi kekuatan dan pengaruh Tiongkok.
Abe juga dikenal sebagai arsitek terbentuknya QUAD (Quadrilateral Security Dialogue) yang memebawa India dalam kemitraan bersama Amerika, Australia dan Jepang.
Kemitraan yang semula dimulai dengan kesepakatn memberikan bantuan untuk korban tsunami yang terjadi pada tahun 2004 yang menimpa banyak negara termasuk Indonesia mulai berkembang secara perlahan menjadi kerjasama pertukaran informasi dan latihan militer bersama yang bertujuan untuk mengurangi pengaruh Tiongkok.
Konflik ideologi antara QUAD dengan Tiongkok memang tidak dapat dihindari karena Tiongkok merasa sangat terancam kepentingannya dan menganggap QUAD tidak lebih dari perpanjangan kekuatan NATO di kawasan ini.
Dalam situasi seperti ini kembali Abe memainkan perannya degan menyatakan bahwa Indo-Pacific  merupakan kawasan yang bebas dan terbuka yang menekankan pada penegakan supremasi hukum, kebebasan navigasi dan perdagangan bebas dengan tujuan utama untuk perdamaian, stabilitas dan kemakmuran negara di kawasan ini.
Di Era pemerintahan Trump, Â ide Abe ini menguat ketika Amerika menyinggung pentingnya kawasan Indo-Pasifk yang bebas dan terbuka.
Abe memang kini telah tiada tapi warisan pemikirannya yang dikenal dengan Abenomics dan politik strategis kawasan menjadikan dirinya  dikenang tidak saja di negaranya namun juga di dunia.
Jepang kini di kenal Barat tidak lagi sebagai musuh yang memicu perang Dunia II namun sebagai sahabat yang memiliki peran strategis dalam menjaga keseimbangan politik di kawasan Indo-pacific.
Pro dan Kontra
Pro dan kontra terkait ide dan  Abe ini tentunya terjadi  karenadi satu sisi  bagi Barat Abe dipuji sebagai pimpinan Jepang yang dapat diandalkan menjaga kepentingan barat untuk mengurangi pengaruh Tiongkok.
Jadi tidak heran jika jika Amerika menyebut Abe sebagai teman sejati Amerika
Di sisi lain  ide Abe yang membawa Amerika dan Barat masuk dalam perpolitikan di kawasan Asia  memunculkan ketegangan baru utamanya dengan Tiongkok yang merasa terganggu dengan  kehadiran Barat di kawasan ini.
Memasukkan India dalam aliasi QUAD sudah terbukti membuat ketegangan baru antara India dan Tiongkok yang memiliki sejarah masa lalu yang  cukup kelam.
Pertanyaan yang muncul sekarang apakah visi Abe terkait dengan Indo-Pacific yang dimaksudkan untuk memakmurkan negara di kawasan ini dan juga menjaga perdamaian dan keseimbangan  politik ini akan terealisasi ?  ataukah sebaliknya justru menimbulkan ketidak stabilan di kawasan ini.
Arah politik dan kebijakan luar negeri  Jepang yang memilih berkiblat ke barat demi menjaga kepentingan keamanan dan perekonomiannya  juga menjadi pertanyaan  tersendiri karena tentunya Jepang tidak dapat memungkiri asal usulnya sebagai bagian dari Asia.
Tampaknya era solidaritas Jepang dengan negara di Asia sudah mulai memudar demi kepentingan dalam negerinya. Dominasi ekonomi dan keperkasaan inovasi Jepang dalam teknologi otomotif dan elektronik kini sudah digeser oleh Tiongkok dan Korea Selatan.
Jadi memang dapat dimengerti untuk mempertahankan eksistensinya Jepang lebih memilih berkiblat pada barat karena perannya di Asia sudah tergeser.
Hanya waktu sajalah yang akan menguji keabsahan ide Indo-Pacific Abe yang menempatkan Jepang sebagai pemimpin  yang dapat membawa negara di kawasan ini menuju era kemakmuran bersama.Â
Rujukan: Satu, dua, tiga, empat, lima, enamÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H