Dalam setahun terakhir ini PM Inggris Boris Johnson memang dirundung awan  hitam atas tindakannnya yang dianggap ugal ugalan dan melanggar hukum.
Ada dua hal utama yang membuat posisi PM Inggris ini selalu di goyang di palemen yaitu masalah kebohongan nya di Perleman dan tidankan melanggar hukum yaitu melakukan pesta di tengah pemberlakuan lock down pandemi Covid-19.
Dari hasil penyelidikan ternyata Boris Johnson tidak hanya satu kali saja melanggar hukum dengan cara melakukan pesta di tengah tengah pandemi, namun dilakukannya beberapa kali.
Skandal yang menimpa Boris Johnson ini semakin rumit karena melibatkan pihak kepolisian yang seharusnya menindak para pelanggar aturan lock down tersebut, namun sebaliknya membiarkan pesta tersebut terjadi  beberapa kali.
Boris Johnson memang berkali kali berdalih dan mengeluarkan argumentasi mengapa dia melakukan pesta di tengah pandemi, namun pada kenyataannya semakin  melakukan pembelaan dirinya semakin terpojok.
Puncak dari segala kekisruhan ini terjadi  pada hari senin lalu ketika skandal ini berujung  di mosi tidak percaya yang memaksa parlemen melakukan pemungutan suara untuk "menghakimi" Boris Johnson ini.
Lolos dari Lubang Jarum
Dari hasil pemungutan suara ini Boris Johnson memang lolos dari lubang jarum dengan hasil pemungutan suara 211 menyetujui Boris Johnson tetap sebagai Perdana Menteri dan 148 menginginkan  dirinya dipecat dari jabatannya dan sisanya tidak menunjukkan sikap.
Hasil pemungutan suara ini sangat jelas menunjukkan bahwa kursi perdana Menteri  yang diduduki oleh Boris Johnson saat ini sedang terancam karena jumlah 211 suara yang mendukungnya ini sangat minim jika dibandingkan dengan jumlah dukungan saat dirinya terpilih sebagai Perdana Menteri Inggris di tahun 2019 lalu.
Minimnya dukungan anggota parlemen yang "membela" Boris Johnson pada pemungutan suara senin lalu  mengindikasikan bahwa ada banyak anggota parlemen yang dulunya mendukung dirinya kini membelot.Â
Disamping itu berkurangnya dukungan  di parlemen ini mengidikasikan bahwa ke depan akan Boris Johnson akan melalui jalan berkrikil tajam dan  diperkirakan akan terus ada goyangan  goyangan lagi yang kemungkinan besar akan berakhir lagi pada mosi tidak percaya berikutnya.
Segudang Masalah dan Tantangan
Lolosnya Boris Johnson dari lubang jarum ini bukan berarti masa depannya sebagai Perdana Menteri Inggris akan akan aman karena masih banyak sederet permasalahan yang akan memicu mosi tidak percaya selanjutnya.
Menurut undang undang,  mosi tidak percaya berikutnya  hanya boleh dilakukan setahun  setelah pelaksanaan mosi tidak percaya yang dilakukan pada hari senin lalu.
Hal ini mengimplikasikan bahwa partai Buruh sebagai partai oposisi masih memiliki waktu dan  amunisi untuk menggoyang posisi Boris Johnson  yang kemungkinan  akan diskenariokan  untuk melakukan mosi tidak percaya berikutnya.
Pemungutan suara pada acara mosi tidak percaya senin lalu bukan otomatis menghilangkan skandal pesta di tengah pandemi tersebut karena  Komite Hak Istimewa dapat saja memberikan  Rekomendasi penangguhan Boris Johnson dari parlemen jika penyelidikan terus berkembang.
Kepiawaian Boris Johnson dalam berpolitik dan keluar dari tekanan  memang sudah teruji, namun ke depan jika dirinya tidak bertindak lebih hati hati dan lebih bijaksana dapat saja karirnya sebagai Perdana Menteri Inggris akan berakhir.
Sampai  saat ini masa jabatan perdana Menteri inggris baru berjalan separuh jalan, namun dengan adanya undang undang baru terkait pelaksanaan pemilu maka dapat saja pemilihan umum untuk memilih Perdana Menteri dilakukan sebelum tahun 2024 mendatang.
Masalah lain yang menjadi krikil tajam dalam pemerintahan Boris Johnson adalah maslah Irlandia Utara yang selalu menjadi duri dalam daging yang belum ditemukan solusinya.
Disamping itu pasca pelaksanaan Brexit yang melambungkan nama Boris Johnson di dalam negeri, hubungan antara Inggris dengan Uni Eropa belumlah  mulus.
Boris Johnson juga sedang menghadapi  masalah dalam negeri yaitu dukungan terhadap dirinya yang melemah di Wales dan Skotlandia.
Jika melemahnya dukungan terhadap dirinya di kedua wilayah ini tidak dapat diselesaikannya dengan baik maka sudah dapat dipastikan di pemilu mendatang dirinya akan kalah di dua wilayah ini.
Hal lain yang sangat krusial adalah masalah meroketnya biaya hidup masysrakat Inggris yang  memberikan tekanan berat bagi  dirinya akibat dari tidak jelasnya kebijakan yang dibuatnya baik dari segi pajak maupun insentif yang diberikan oleh pemerintah dalam menyelesaikan masalah ini.
Tekanan biiaya hidup yang semakin meningkat akibat meroketnya biaya bahan bakar dan harga kebutuhan hiudp pokok tidak lepas dari kebijakan luar negeri yang diambilnya yang berpihak penuh pada Amerika dan sekutunya dalam perang Rusia dan Ukraina yang menimbulkan krisis bahan bakar dan krisis pangan global.
Masalah ini tentunya tidak dapat dipandang remeh karena dalam situasi seperti ini akan mengurangi dukungan terhadap dirinya karena dapat  dianggap bahwa dirinya  membawa Inggris  masuk ke dalam situasi inflasi dan perekonomian yang tidak menentu.
Segudang masalah dalam negeri dan luar negeri  yang sedang dihadapi oleh Boris Johnson ini merupakan tantangan berat  dalam karirnya.
Peristiwa mosi tidak percaya pada senin lalu mengindikasikan bahwa Boris Johnson berada dalam posisi yang lemah dan diperkirakan akan terus digoyang oleh pihak oposisi karena undang undang Inggris memungkinkan Perdana Menteri Inggris diganti di tengah jalan.
Bola panas  kini berada di  tangan Boris Johnson,  berbagai aternatif pilihan seperti apakah dirinya meneruskan  sifat ugal ugalannya?; apakah dirinya bertindak lebih bijaksana?; apakah dirinya dapat menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi ? ; ataukan memilih jalan mengundurkan diri sepenuhnya  tergandung pada  dirinya.
Yang jelas upaya pengalihan berbagai isu dan masalah dalam negeri yang sedang dihadapinya ke pembangungan image dalam perang Rusia dan Ukraina yang kini sedang dilakukannya tidak akan dapat menolong dirinya.
Hasil pemungutan suara pada mosi tidak  percaya yang dilakukan senin lalu paling tidak menunjukkan bahwa dukungan terhadap dirinya sebagai perdana Menteri Inggris sudah mulai memudar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H