Meroketnya harga pangan dan resiko krisis pangan global yang semakin nyata ini tentunya tidak dapat dipandang remeh oleh dunia termasuk Indonesia.
Harga bahan bakar dan energi serta bahan pangan dan produknya kini sudah mulai merangkat, bahkan beberapa bahan pangan dan kebutuhan pokok peningkatan harganya sudah mulai tidak terkendali.
Kalaupun banyak negara yang memiliki uang untuk membeli pangan, bukan berarti negara tersebut memiliki keamanan pangan yang tinggi, karena kini banyak menghasil bahan pangan tidak lagi mau menjual bahan pangannya.
Sebagai contoh kini Singapura mulai mengalami masalah besar dalam penyediaan bahan pangan dalam negerinya karena 90% dari bahan pangannya berasal dari impor dari berbagai negara.
Singapura kini sedang mengalami krisis suplai ayam potong karena Malaysia memutuskan untuk tidak mengkespor lagi ayam potongnya ke Singapura. (baca selengkapnya disini)
Terhentinya suplai ayam potong dari Malaysia ini memang berdampak besar karena setiap bulannya Malaysia memasok ayam potong sebanyak 3,6 juta ekor.
Terhentinya suplai ayam potong dari Malaysia ini menyebabkan peningkatan harga ayam maupun makanan yang menggunakan bahan utama ayam paling sedikit sebesar 20%
Para dalang perang ekonomi antara Rusia dan Barat ini tentunya harus menyadari bahwa akibat berbagai sangsi ekonomi yang diterapkannya kini telah memicu krisis pangan global yang menyebabkan banyak negara di dunia yang tidak telibat konflik kini terdampak utamanya negara miskin dan negara berkembang.
Perang Rusia dan Ukrainia kini bukan hanya sekedar konflik dua negara bertetangga namun kini telah berkembang menjadi perang ekonomi yang berdampak global yang semakin mengkhawatirkan.
Rujukan : satu, dua, tiga, empat, lima
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H