Kondisi seperti ini memang sangat t ironis karena krisis pangan yang sedang dihadapi oleh dunia saat ini bukan disebabkan oleh kekurangan pangan, namun lebih banyak karena meningkatnya harga pangan sehingga semakin banyak negara dan penduduknya tidak mampu membeli.
Sebagai gambaran FAO mengeluarkan data bahwa produksi gandum dunia mencapai 780 juta metrik ton dan kekurangan suplai tahun ini hanya 3 juta metrik ton saja.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa salah satu penyebab krisis pangan ini adalah meroketnya harga bahan pangan akibat dari meningkatnya harga energi (minyak dan gas) sebagai dampak dari perang Rusia dan Ukraina.
Dalam kondisi seperti ini banyak produsen bahan pangan dunia kini menghentikan ekspor bahan pangannya untuk menjaga keamanan pangan dalam nergerinya.
Sampai saat ini saja FAO memperkirakan bahwa paling sedikit ada 19 negara yang secara tradisional merupakan pengekspor bahan pangan kini menghentikan ekspornya.Â
Langkah yang diambil negeri negara ini untuk menghentikan ekspornya juga menjadi penyebab meningkatnya harga pangan dunia.
Dampak peningkatan harga pangan dunia ini memang fatal karena sebelum perang Rusia dan Ukriania FAO telah memasukkan beberpa negara yang sudah masuk dalam kategori resiko tinggi mengalami kelaparan.
Dengan adanya kenaikan harga pangan dunia ini Afganistan, Yaman, Sudan Selatan, Nigeria dan Somalia akan semakin terpuruk dan meningkatkan resiko kelaparan yang lebih besar lagi.
Di beberapa negara 80% penduduknya sangat tergantung hidupnya pada pertanian. Meningkatnya harga minyak, pupuk, dan input pertanian lainnya tentunya akan menyebabkan produksi pertaniannya akan terdampak hebat.
Jika dipetakan lebih lanjut maka negara negara di Amerika Utara dan Timur Tengah yang makanan pokoknya berupa jagung dan gandum akan terdampak hebat karena perang Rusia dan Ukraina ini.