Ramos Horta juga tercatat pernah menjadi Perdana Menteri pada periode 2006-2007 dan Presiden Timor Leste pada periode 2007-2012.
Namun dalam catatan sejalah perjalanan perpolitikan Timor Leste pasca memisahkan dirinya dari Indonesia selalu diwarnai oleh gejolak dan saling menyalahkan diantara tokoh pejuang akibat perebutan kekuasaan dan kepentingan yang berbeda.
Konflik ini semakin menajam karena kondisi perekonomian Timor Leste yang sangat parah dan impian bahwa setelah memisahkan diri dari Indonesia akan menjadi negara makmur sekelas Brunei Darussalam kini hanya tinggal mimpi.
Masalah Kemiskinan, Pengangguran dan Kesehatan
Saat ini menjadi perhatian khusus PBB karena jika tidak diberikan bantuan yang memadai akan menjadi negara termuda di kawasan Asia ini akan menjadi negara yang gagal.
Ramos Horta memang dikenang oleh rakyat Timor Leste sebagai "pahlawan" namun kini rakyat Timor Leste harus menghadapi kenyataan hidup yang sangat memprihatinkan.
Ada dua isu yang sedang dihadapi oleh Timor Leste dan tentunya tidak mudah bagi Ramos Horta untuk menyelesaikannya, yaitu isu kemiskinan dan tingkat pengangguran yang sangat tinggi.
Masa transisi sejak melepaskan diri dari Indonesia memang tidak mudah dilalui karena banyak dan kompleknya permasalahan, sehingga menghasilkan kemiskinan masal.
Harapan perekonomian Timor Leste akan didukung oleh hasil pengeboran minyak lepas pantai ternyata tidak sesuai dengan harapan, bahkan menimbulkan konflik baru dengan Australia yang dulunya menjadi sponsor utama kemerdekaan Timor Leste.
Akibatnya berdasarkan data yang dikeluarkan oleh PBB lebih dari 50% masyarakat Timor Leste hidup dalam kemiskinan ekstrim dengan pendapatan hanya sekitar US$1,9 per hari.
Hal yang sangat memprihatinkan juga terjadi dalam sektor kesehatan karena PBB mencatat bahwa terdapat 42 kematian bayi dari setiap 1000 kelahiran sebelum mencapai usia 5 tahun akibat malnutrisi.