Keputusan Apple untuk menghentikan produk iPod ini sebenarnya sudah tersirat  dari ucapan bos Apple Steve Jobs yang pada saat peluncuran iPod di tahun 2001 lalu mengatakan bahwa "produk ini bukanlah Mac".
Disamping itu Steve Jobs juga mengatakan bahwa musik merupakan bagian dari kehidupan kita semua dan musik akan abadi dan selalu ada di sekitar kita.
Tanda tanda kematian iPod memang sudah tampak karena produk legendaris ini sejak tahun 2019 lalu belum diperbarui.
Kini sisa-sisa kejayaan iPod hanya tergantung pada Touch yang merupakan satu satunya generasi iPod yang masih dijual, itupun dengan catatan selama persediaannya masih ada.
Produk Legendaris
Jika kita tengok lini sejarahnya, peluncuran iPod pada tahun 2001 lalu dapat dikatakan merupakan tonggak sejarah yang merevolusi cara orang menikmati musik dengan segala kebebasannya.
Pada saat itu penjualan iPod memang melonjak karena salah satu produk andalan Apple ini merupakan pemutar MP3 pertama yang mampu menyimpan lagu dalam jumlah besar yaitu mencapai 1.000 lagu.
iPod memang bukan merupakan produk pertama yang menggunakan pemutar MP3, namun keunikan disainnya membuat pencinta musik dunia mulai meninggalkan teknologi saat itu yaitu CD dan kaset. Disamping itu teknologi yang digunakan memungkinkan pengguna untuk melakukan sharing file dengan sangat mudah.
Dalam perjalanannya Apple memang sangat serius mengembangkan produk iPod ini karena terbukti setelah peluncuran perdananya muncul berbagai produk turunan yang menyesuaikan dengan selera konsumennya seperti misalnya Touch, iPod mini, iPod Nano, dan iPod Shuffle.
Dari segi pangsa pasar iPod dapat dikatakan cukup sukses karena menguasai 70% pangsa pasar global untuk gadget kategori pemutar MP3 ini. Sampai saat ini jumlah produk iPod yang berhasil terjual mencapai 400 juta.
Kanibalisme Teknologi
Dalam perkembangnnya di tahun 2017,  Apple mulai menghentikan penjualan Nano dan Shuffle dan saat itu para pakar teknologi digital sudah memprediksikan bahwa produk lainnya seperti Tough akan segera menyusul.
Salah satu yang memicu kematian iPod ini adalah perkembangan teknologi yang umum digunakan oleh smartphone saat ini memungkinkan penggunanya untuk mendengarkan musikdan video dengan sangat mudah.
Jadi dapat dikatakan memunculan iPhone merupakan awal berakhirnya nasib iPod, karena secara teknologi beberapa fitur iPhone mirip  dengan iPod dalam hal menikmati musik dan video.
Tidak dapat dipungkiri memang penurunan penjualan iPod sangat dipengaruhi oleh penjualan iPhone yang semakin meningkat.
Ada kemungkinan bahwa Apple ketika meluncurkan iPhone tidak berpikir bahwa suatu saat nanti  akan terjadi kanibalisme teknologi produk apple sendiri yaitu iPod.
Sebenarnya dari segi harga iPod Touch memang lebih murah dan cukup bersaing  jika dibandingkan dengan harga iPhone.  Sebagai gambaran  harga iPod Touch besutan tahun 2019 dijual dengan harga US $ 199, sedangkan harga iPhone yang termurah harganya mencapai US $ 429.
Walaupun jika dilihat dari level teknologinya versi Tough menyerupai smartphone yang memungkinkan penggunakan untuk mengambil foto, mengirim email, dan melakukan panggilan video, namun dari segi kepraktisan pengguna akan lebih memilih smartphone yang sangat banyak pilihannya dengan berbagai variasi harganya.
Smartphone produk Korea dan Tiongkok yang kini merajai penjualan untuk kategori Smartphone murah menawarkan teknologi yang tidak kalah canggihnya dengan teknologi yang dimiliki oleh Apple, sehingga menjadi faktor yang juga berkontribusi pada kematian iPod.
Merevolusi Cara Menikmati Musik
Kemunculkan iPod memang telah mengubah industri musik dunia dan juga gaya hidup untuk selamanya.
Sejak peluncuran iPod banyak selebriti dunia seperti misalnya John Mayer, U2, Oprah Winfrey mendukung keberadaan produk yang revolusioner ini. Bahkan beberapa produsen mobil mewah dunia memasang sistem built in iPod di mobil yang menjadi tren dunia otomotif.
Jadi ada benarnya ketika Steve Jobs dalam peluncuran iPod di tahun 2001 lalu menyatakan "With iPod, listening to music will never be the same again,"
iPod kini memang sudah tamat riwayatnya, namun tampaknya jiwa dan semangat revolusioner produk ini akan abadi karena telah mengubah dunia dan gaya hidup orang dalam menikmati musik dan video.
Rujukan: satu, dua, tiga, empat, lima, enam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H