Hasil penelitian yang baru saja dipublikasikan di Jurnal ilmiah bergengsi the journal Cell Reports membuat dunia kembali khawatir karena ternyata mewabahnya virus Zika yang pernah terjadi pada tahun 2016 lalu kemungkinan akan terjadi lagi dalam skala yang lebih besar lagi.
Prediksi ini memang cukup beralasan karena virus Zika ternyata dapat dengan sangat mudah mengalami mutasi dan menghasilkan varian  baru yang dampaknya lebih fatal dan lebih luas jika dibandingkan dengan varian virus Zika yang merebak di tahun 2016 lalu. (baca selengkapnya di sini).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa walaupun suatu saat nanti dunia berhasil mengendalikan virus Covid-19, ke depan varian virus Zika akan menjadi bintang sekaligus kekhawatiran baru yang akan menghantui dunia.
Prediksi para ilmuwan ini memang sangat beralasan karena berdasarkan hasil penelitan varian virus Zika yang baru dapat dengan mudah dan cepat menyebar termasuk ke negara negara yang pernah dilanda wabah virus Zika ini.
Hal lain yang juga mendukung prediksi ini adalah vektor penyebar virus Zika yaitu nyamuk Aedes aegypti yang banyak  dijumpai di Amerika, amerika latin, Afrika dan Asia.
Dampak Virus Zika
Sebenarnya dampak virus Zika pada kesehatan manusia umumnya ringan dan tidak berbahaya, namun virus ini berdampak fatal pada bayi dalam kandungan.
Jika seorang ibu yang sedang mengandung terserang virus Zika maka bayi dalam kandungannya ketika lahir akan mengalami kondisi microcephaly yang dicirikan dengan pengecilan  tengkorak kepala dan mengalami kerusakan otak bayi yang dilahirkan.
Gejala dan Penularannya
Seiring dengan berjalannya waktu sejak virus Zika ini melanda dan menghebohkan dunia di tahun 2016 lalu, Â sejumlah hal terkait virus ini mulai terungkap.
Virus Zika umumnya disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan dalam perkembangannya ternyata virus ini juga dapat disebarkan secara seksual.
Hal ini berarti  jika ada orang yang terinfeksi virus ini dan melakukan  hubungan seksual dengan pasangannya, maka pasangannya akan tertular virus  ini.
Hal lain yang menyulitkan untuk mendeteksi keberadaan virus Zika ini adalah tidak semua orang yang terpapar virus ini menunjukkan gejala umum seperi demam, menggigil dan mengalami nyeri  pada persendian.
Dari hasil penelitian ternyata rata rata hanya satu dari lima orang yang terinfeksi virus ini menunjukkan gejala.
Oleh sebab itu penyebaran virus Zika ini akan sulit terdeteksi karena umumnya orang yang terinfeksi virus ini menganggap sebagai gejala flu biasa.
Sampai saat ini virus ini belum ada obatnya dan pengembangan vaksin untuk mengatasi virus ini juga belum dilakukan. Jadi satu satunya cara untuk menghidari virus ini adalah menjaga diri dari gigitan nyamuk.
Mudah Bermutasi
Kemudahan virus ini bermutasi Ini akan memungkinkan virus berkembang dan menyebar bahkan pada hewan yang sebelumnya memiliki kekebalan dari infeksi yang ditularkan nyamuk serupa seperti misalnya demam berdarah.
Hasil peneltian ini juga membuktikan bahwa ternyata varian baru virus Zika telah berevolusi dan mengalami mutasi sehingga kekebalan tubuh yang telah terbentuk akibat terpapar virus demam berdarah tidak mampu melindungi tubuh dari serangan varian  virus Zika ini.
Sebagaimana yang terjadi pada virus corona, proses evolusi cepat virus Zika ini tentunya akan menimbulkan masalah baru bagi dunia.
Jika ditelisik lebih dalam lagi perubahan satu basa saja akibat mutas  yang terjadi pada genom virus ini dapat saja terkespresi dan membuat virus ini dapat menjadi lebih ganas.
Fenomena mutasi seperti ini memang sudah lama diamati oleh para peneliti yang biasanya disebut dengan fenomena Single Nucleotide Polymorphisms (SNP).
Hasil penelitian ini memang  belum dapat mengindentifikasi secara pasti varian mana dari virus zika yang telah berhasil diidentifikasi yang akan berpotensi menyebabkan wabah virus Zika di masa mendatang.  Namun paling  tidak dengan adanya temuan ini dunia akan lebih siap menghadapi ancaman merebaknya virus Zika di masa mendatang.
Potensi mewabahnya virus Zika ini di wilayah wilayah penyebaran nyamuk termasuk Indonesia tentunya merupakan ancaman yang nyata dan memerlukan strategi baru tidak saja tekait bagaimana mengindentifikasi dan melakukan tracking namun juga bagaimana cara mengendalikan nyamuk agar virus ini tidak menyebar dengan cepat.
Rujukan: Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima, enam, tujuhÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H