Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengapa Presiden Ukraina Menggunakan Telegram sebagai Alat Propagandanya?

7 Maret 2022   08:25 Diperbarui: 7 Maret 2022   08:26 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam perjalannnya di tahun 2018 Telegram pernah dilarang di Rusia  setelah Pavel Durov menolak memberikan akses data kepada pihak berwenang.   ke data penggunanya. Namun pemblokiran alamat IP ternyata tdiak berdampak luas dan akhirnya di pertengahan tahun 2020 Rusia mencabut larangan ini.

Kini Telegram tercatat  memiliki lebih dari 550 juta pengguna bulanan secara global  dan menjadi aplikasi yang paling popular di Ukraina.

Salah satu kalim yang dilakukan oleh Telegram ini adalah kemampuan Enkripsi layanan yang sangat menarik karena dapat  menyebarkan pesan ke grup hingga 200.000 pengguna.  Sebagai  perbandingan pesaingnnya WhatsApp hanya memiliki kemampuan daya sebar sebanyak 256 anggota saja.

Sehingga tidak jarang Telegram dinobatkan oleh sebagian orang sebagai aplikasi paling popuer di kalangan teroris dan orang yang melakukan propanda karena daya sebarnya yang luar biasa ini.

Telegram memang menjadi pilihan sebagai sumber berita di luar mainstrem yang biasanya dikendalikan oleh negara dan menjadikannya sebgai sumber berita bagi warga sipil dan jurnalis.

Oleh sebab itu tidak heran aplikasi ini sangat popular di negara negara yang sedang bergejolak karena adanya gelombang protes dari kelompok oposisi seperti misalnya di Hong Kong, Belarus dan Iran.

Salah satu kekhawatiran terbesar dari pemilik Telegram ini adalah berita yang disebarkan tidak terverifikasi kebenarannya dan tidak ada control sama sekali termasuk berita Hoax.

Kondisi seperti ini tentunya akan sangat membahayakan bagi Telegram jika ternyata berita berita yng disebearkan melalui  aplikasi ini ternyata merupakan berita yang tidak benar dan bukan tidak mungkin pemilik aplikasi in ikan dituduh ikut memfasilitasi  berita bohong.

Kekhawatiran pemilikTelegram ini ternyata memicu pemikiran untuk membatasi penggunaan Telegram untuk menutup layanan Telegram di negara yang sedang bergejolak untuk menghindari memburuknya konflik.

Namun pada kenyataannya sampai saat ini  dengan dalih permintaan dari pengguna dan tentunya alasan komersil maka keputusan ini tampaknya tidak dilakukan oleh pemilik aplikasi ini.

Tidak dapat dipungkiri memang naik daunnya Telegram ini tidak lepas dari reputasinya yang menjadi tempat aman bagi pergerakan kelompok tertentu untuk melakukan propagandanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun