Sikap Politik yang Terpecah
Ada enam negara teluk yang masuk dalam forum yang dinamakan Dewan Kerjasama Teluk yang secara historis memilikiikatan dengan negara Barat namun juga memiliki hubungan yang baik dengan Rusia.
Tampak jelas sekali kehati hatian negara teluk ini dalam menyikapi perang Rusia dan Ukraina ini dan tentunya tidak mudah dikendalikan oleh Amerika dan sekutunya dalam menekan Rusia.
Pada bulan February lalu  memang semua negara teluk ini secara bulat mendukung resolusi mengutuk invasi Rusia  di Majelis Umum PBB, namun dengan berjalannya  waktu terjadi perpecahan sikap.
Kuwait tercatat sebagai salah  satu negara teluk yang secara tegas  menentang serangan Rusia ini.  Hal ini dapat dimengerti karena memang Kuwait memiliki sejarah panjang terkait kedekatannya dengan barat.
Disamping itu Kuwait pernah mengalami perang dengan adanya invasi Irak ke negaranya dan negara Barat lah yang menyelamatkan dan membebaskan Kuwait dari pendudukan Irak.
Dengan latar belakang sejarah ini Kuwait memilih jalan tegas untuk mendukung Barat dalam menyikapi perang Rusia dan Ukraina ini dan menetang serangan Rusia ke Ukraina.
Dilain pihak Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA)  lebih memilih untuk  berhati-hati  menjaga netralitas nya dalam perang Rusia dan Ukraina.
Secara politik luar negeri kedua negara teluk ini disamping memiliki hubungan dengan Barat, negara ini juga dekat dengan Rusia, Tiongkok dan India.
Dalam konflik ini kedua pimpinan negara teluk ini lebih memilih untuk berhati hati dalam menyikapi perang Rusia dan Ukraina ini untuk menjaga keseimbangan geopolitiknya.
Kedua negara ini memilih tidak menentang Rusia dan  terus memelihara hubungan baiknya dengan Rusia untuk menjaga keamanan, investasi dan perdagangannya dengan Rusia.