Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena ukuran partikel polutan  yang lebih kecil akan memasuki paru paru lebih dalam lagi jika dibandingkan dengan ukuran partikel polutan yang lebih besar.
Dampak polusi udara ini akan menjadi lebih besar jika terjadi semasa sperma dalam tahap pembentukan yang dikenal dengan spermatogenesis utamanya selama fase 90 hari pembentukan sperma.
Motilitas sperma termasuk didalamnya kemampuan sperma berenang dengan arah yang benar menuju sel telur menjadi salah satu kunci terjadinya kehamilan.
Beberapa abnormalitas sprema yang memperngaruhi tingkat kemailan diantaranya abnormalitas bentuk kepala sprema dan bentuk ekor sperma.
Jika kita amati di bawah mikroskop, sperma segar akan sangat aktif karena pergerankannya dikendalikan oleh gerakan ekor yang dinamis.  Namun biasanya dalam keadaan tertentu termasuk jika terkespos polusi udara ada banyak sperma  yang ekornya pendek dan berbentuk spriral ataupun bengkok.
Sperma dengan abnormasiltas ekor ini tentunya akan berpengaruh besar pada kecepatan bergerak  bergerak sperma dengan arah yang benar.
Sperma  denga ekor bengkok atau berbentuk spiral jika diamati di bawah mikroskrop pergerakannya hanya berputar putar ditempat saja, sehingga sperma yang mengalami abnormalitas ekor ini  peluangnya sangat kecil untuk membuah sel telur secara alami.
Banyak penelitian yang menghubungkan antara popusi udara dengan penurunan kesehatan utamanya kesehatan pernafasan dan juga IQ, namun penelitian ini mengungkap bahwa polusi udara sangat berbahaya bagi penurunan  kualitas reproduksi pria.
Hasil penelitian ini menunjukkan pentingnya laki laki pada usia produktif untuk menjaga diri dan mengurangi dirinya terekspos  pada polusi jika tidak ingin memiliki masalah  reproduksi kelak di kemudian hari.
Rujukan: satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh