Jika kita lebih jeli mengamati ketegangan antara Rusia dan Ukraina akhir akhir ini, kita tentunya akan dapat menarik benang merah di mana Joe Biden sengaja menempatkan dirinya berada di dalam pusaran konflik.Â
Secara berapi-api Joe Biden menebarkan ancaman demi ancaman dan juga mengajak sekutunya untuk bersatu menentang "rencana" invasi Rusia ke Ukraina.
Pertanyaan yang paling mendasar adalah mengapa Joe Biden bernafsu sekali melibatkan dirinya dalam ketegangan politik ini?
Setelah sebelumnya mengancam Tiongkok dan melibatkan dirinya secara langsung dalam ketegangan di laut Tiongkok Selatan yang tampaknya tidak membuahkan hasil seperti yang diinginkan untuk menakut-nakuti Tiongkok, kini reputasi Joe Biden benar-benar dipertatuhkan.
Jatuhnya pesawat tempur tercanggih ketika ingin mempertontonkan kekuatan militernya di Laut Tiongkok Selatan, membuat Amerika kini sibuk untuk mencari bangkai pesawatnya karena khawatir rahasia pesawat super canggih tersebut akan jatuh ke tangan Tiongkok.
Sejak masa pemilihan presiden, Joe Biden memang menggunakan isu Rusia sebagai salah satu strategi politik luar negerinya dengan terus menekan dan menyalahkan Rusia yang "mengganggu" demokrasi Amerika dengan cara memengaruhi opini publik Amerika. Namun sampai sekarang Joe Biden belum membuktikan ucapan dan tuduhannya terkait dengan intervensi Rusia dalam pemilihan presiden Amerika.
Justru sebaliknya kini Joe Biden menuai badai akibat permusuhannya dengan Rusia ini yang menyebabkan kenaikan harga bahan bakar yang membumbung mencekik rakyat Amerika.
Jika nantinya Putin memutuskan menginvasi Ukraina, maka akan menjadi gelombang kejutan yang terbesar pasca perang dingin yang akan meruntuhkan reputasi Joe Biden karena keputusan Joe Biden melibatkan diri langsung dalam konflik ini dan juga sekutunya diprediksi akan menimbulkan konflik baru di kawasan Eropa.
Dalam situasi konflik seperti ini Amerika dan sekutunya tidak akan mengirim pasukannya langsung untuk mempertahankan Ukraina karena negara ini bukanlah anggota NATO.