Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Nasib Kopi, Jambu Mete, dan Alpukat di Tahun 2050

28 Januari 2022   18:30 Diperbarui: 29 Januari 2022   07:52 7034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wilayah tanaman jambu Mete dunia diprediksi akan meningkat di tahun 2050. Photo: petanihebat.com  

Bagi Indonesia tanaman kopi, jambu mete dan alfukat tentunya sudah tidak asing lagi  karena tanaman ini sudah menjadi ikon sekaligus  andalan bagi perekonomian masyarakat  karena misalnya  kopi memiliki nilai ekspor yang sangat tinggi.

Tanaman perkebunan ini tentunya tidak saja memiliki nilai ekonomis yang tinggi namun juga memiliki nilai historis dan budaya yang melekat pada masyarakat dimana tanaman ini dibudidayakan.

Sebut  saja kopi Toraja, kopi Gayo, kopi Kintamani, kopi Wamena dan jenis kopi lainnya yang sudah dikenal dunia dan  membawa nama harum daerah ke level dunia.

Ketiga tanaman perkebunan ini tergolong tanaman yang berumur panjang dan budidayanya membutuhkan perencanaan jangka panjang.

Efek Perubahan Iklim Global

Sebagaimana yang kita ketahui saat ini dunia sedang menghadapi ancaman perubahan iklim global yang tidak saja mempengaruhi manusia namun juga masa depan tanaman perkebunan ini.

Tahun 2050 merupakan tonggak sejarah bagi umat manusia karena terjadi lonjakan jumlah penduduk dunia yang siknifikan dan diiringi oleh peningkatan kebutuhan pangan hampir dua kali lipat dibandingkan dengan sekarang.

Disamping itu tahun 2050 dianggap sebagai tahun pembuktian apakah upaya manusia untuk mengurangi pengaruh perubahan iklim global berhasil atau gagal.

Terkait dengan perubahan iklim ini dimana  Indonesia merupakan  salah satu produsen kopi terbesar dunia tentunya tidak dapat mengharap produksi dan ekspor kopinya di tahun 2050 akan tetap sama seperti sekarang ini.

Indonesia bukanlah satu satunya negara yang mengandalkan tenaman perkebunan seperti kopi, jambu mete dan alpukat sebagai tulang punggung perekonomian masyarakat dan juga negara dari hasil ekspornya, namun ada juga berbagai negara yang selama ini dikenal sebagai produsen utama kopi dunia  seperti Brasil, Vietnam dan Kolumbia.

Wilayah tanaman kopi diIndonesia, Brazil, Vietnam dan Kolumbia akan berkurang secara drastis mencapai 50%. di tahun 2050. Photo:  Shutterstocks, Kompas  
Wilayah tanaman kopi diIndonesia, Brazil, Vietnam dan Kolumbia akan berkurang secara drastis mencapai 50%. di tahun 2050. Photo:  Shutterstocks, Kompas  

Wilayah tanaman jambu Mete dunia diprediksi akan meningkat di tahun 2050. Photo: petanihebat.com  
Wilayah tanaman jambu Mete dunia diprediksi akan meningkat di tahun 2050. Photo: petanihebat.com  

Wilayah tanaman alpukat dunia di tahun 2050 diperkirkan meningkat. Photo: Pixabay/Sandid, Kompas. 
Wilayah tanaman alpukat dunia di tahun 2050 diperkirkan meningkat. Photo: Pixabay/Sandid, Kompas. 

Terkait perubahan global peta produsen Kopi, jambu mete dan alfukat ini di tahun 2050 mendatang, tim peneliti dari  Zurich University of Applied Sciences dua hari yang lalu mempublikasikan hasil penelitiannya di jurnal ilmiah internasional bereputasi PLOS.

Hasil penelitian yang diberi judul Expected global suitability of coffee, cashew and avocado due to climate change memberikan gambaran bagi kita semua bagaimana di tahun 2050 mendatang terjadi perubahan peta produsen ketiga tanaman perkebunan ini.

Hasil penelitian ini dinilai penting karena data yang dihasilkan dapat informasi penting terkait langkah antisipasi yang harus dilakukan termasuk di dalamnya varietas tanaman yang sesuai dengan kondisi iklim di masa mendatang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan hasil simulasi nasib tanaman kopi, jambu mete dan alpukat di tahun 2050 mendatang akan sangat ditentukan oleh  faktor iklim, terutama musim kemarau yang panjang, suhu rata-rata (tinggi dan rendah), suhu minimum dan curah hujan tahunan (tinggi dan rendah)  yang merupakan faktor pembatas   luasan global wilayah tumbuh nya dibandingkan dengan hanya sekedar parameter tanah seperti pH tanah yang rendah, tekstur tanah yang kurang baik dan lereng yang curam.

Pada tahun 2050 mendatang peta wilayah tanaman kopi, jambu mete dan alpukat di dunia berubah secara drastis  utamanya karena terjadinya pemanasan global.

Wilayah perkebunan  kopi di Indonesia, Brazil, Vietnam dan Kolumbia akan berkurang secara drastis mencapai 50%, sedangkan untuk wilayah perkebunan jambu mete dan alpukat justru akan meningkat namun produksinya diperkirakan  masih di bawah level produksi saat ini.

Perubahan drastis ini utamanya disebabkan oleh perubahan kelembaban udara yang akan terjadi selama 30 tahun mendatang.

Khusus untuk tanaman kopi yang sangat sentitif terhadap kenaikan suhu yang diprediksi akan terjadi di sebagian besar wilayah produsen kopi arabika dunia, akan mengalami penurunan sebesar 50%.

Sebagai contoh pengurangan wilayah untuk tanaman kopi di Brasil akan mencapai  sebanyak 76%, sedangkan untuk kolumbia wilayah tanaman kopi ini akan berkurang sebanyak 63%.

Namun dari hasil simulasi ini juga diprediksi wilayah tanaman kopi akan bertambah di wilayah Argentina, Tiongkok dan  Selandia Baru dan beberapa wilayah lainnya. Namun penambahan wilayah yang cocok untuk tanaman kopi ini tidak otomatis akan dapat menahan penurunan produksi kopi dunia karena akan sangat tergantung pasa sitem pertanian yang diterapkan.

Disamping itu perluasan perkebunan kopi yang memerlukan waktu paling tidak 10 tahun tidak serta merta akan menghasilkan kopi yang berkualitas.

Berbeda dengan kopi, ternyata wilayah yang cocok untuk tamanam jambu mete pada tahun 2050 mendatang akan meningkat sebesar 17 %.

Namun produsen terbesar jambu mete dunia seperti India dan Benin wilayah perkebunan jambu mete nya menurun secara drastis akibat peningkan suhu yang siknifikan.

Meksiko sebagai salah satu produsen alpukat terbesar dunia  wilayah perkebunan alpukatnya diprediksi  akan meningkat sebesar 80% di tahun 2050, namun sebaliknya Peru yang juga merupakan salah satu prodesen alpukat terbesar dunia wilayah perkebunannya akan berkurang sebesar 50%.

Apa yang Harus dilakukan Indonesia?

Bagi Indonesia tentunya hasil penelitian ini menjadi sangat  penting karena untuk dapat memepertahankan produksi  kopi, jambu mete dan alpukat  yang sebagai tulang punggung perekonomian masyarakat tentunya harus mengambil langkah stategis untuk mengantisipasi hal ini.

Langkah strategis tentunya harus  diambil atas dasar bagaimana cara pelaku perkebunan  Indonesia beradaptasi terhadap perubahan iklim global ini.

Beberapa Langkah adaptasi yang harus dilakukan meliputi penerapan berbagai opsi  manajemen perkebunan, pengembangan varietas baru yang tahan suhu tinggi dan kekeringan.

Untuk tanaman kopi Indonesia sudah selayaknya merencanakan pengantian jenis kopi arabica dengan robusta secara betahap di wilayah tertentu yang memungkinkan untuk meningkatkan adaptasi terhadap peningkatan suhu.

Perluasan area perkebunan dalam 30 tahun mendatang dapat saja dilakukan di wilayah baru, namun tentu perlu diperhatikan dampaknya terhadap degradasi lingkungan akibat  penebangan hutan untuk perkebunan.

Disamping itu perluasan wilayah perkebunan di wilayah baru juga harus mempertimbangkan resiko kehilangan keanekaragaman hayati dan hewani akibat perubahan ekosistem.

Hal yang terpenting bahwa perencanaan yang dilakukan untuk mengantisipasi nasib ketiga tanaman perkebunan ini di tahun 2050 tentunya harus melibatkan masyarakat  setempat yang secara budaya dan turun menurun telah membudidayakan ketiga jenis tanaman perkebunan ini untuk menunjang kehidupan mereka dan juga perekonomian nasional.

Rujukan : Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun