Jumlah harimau Sumatera yang ada saat ini menurut data yang dikeluarkan oleh WWF diperkirakan hanya tersisa 400 ekor dan jumlahnya dirediksi akan semakin menurun akibat perburuan liar dan menciutnya habitat harimau Sumatera yang semakin langka ini.
Kombinasi antara perburuan liar dan semakin menciutnya habitat harimau ini akibat ulah manusia berkontribusi sangat besar dalam peningkatan laju kepunahan harimau ini.
Sebagai  gambaran pembangunan pembangkit listrik tenaga air di kawawan Asia yang menjadi hot spot populasi harimau  menurut hasil penelitian ini berdampak paling tidak 20%  pada kepunahan harimau.
Kondisi ini memang sangat menyedihkan karena dalam pembangunan bendungan jarang sekali dipertimbangkan dampaknya terhadap ekosistem dan keberadaan flora dan fauna yang ada di sekitarnya dalam jangka panjang.
Tidak hanya berdampak pada harimau saja, namun pembangunan pembangkit tenaga listrik juga mengancam keberadaan Jaguar yang juga kehilangan  habitatnya.
Dampak pembangunan bendungan menang sangat masif terhadap perubahan ekosistem di sekitarnya karena biasa nya untuk menampung air maka wilayah di sekitar bendungan akan digenangi.
Penggenangan wilayah di sekitar bendungan ini akan merubah total ekosistem tidak saja tumbuhan namun juga hewan yang tergantung kehidupannya pada wilayah ini.
Kerusakan habitat harimau dan jaguar di wilayah Asia bukanlah merupakan satu satunya  yang sangat mengkhawatirkan.
Wilayah lain yang juga menjadi perhatian para pelestari lingkungan dunia adalah Brazil tepatnya di Kawasan hutan tropis Amazon.
Rencananya pemerintah Brazil akan memebangun sebanyak 300 bendungan di kawasan Amazon yang wilayahnya bersentuhan langsung dengan habitat Jaguar dan satwa liar lainnya.
Jadi dapat dibayangkan penggenangan wiayah akibat pembangunan bendungan dalam jumlah yang masih ini akan berdampak besar pada kehidupan satwa dan fauna yang ada dikawasan Amazon ini.