Badan kesehatan dunia WHO pada tahun 1988 mendeklarasikan tanggal 1 Desember sebagai hari AIDS sedunia sebagai upaya untuk mengingatkan  betapa berbahayanya  virus HIV dan sedemikan luasnya penyebarannya.
40 tahun lalu tepatnya pada tanggal 5 Juni  1981 dunia dikejutkan dengan adanya laporan yang dibuat oleh Morbidity and Mortality Weekly Report (MMWR) terkait adanya 5 kasus  "unik" yang saat ini kita kenal sekarang sebagai  sebagai Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).
Sejak kejadian pertama tersebut,  HIV/AIDS berkembang sangat cepat  menjadi pandemi yang sangat menakutkan karena tidak saja telah menjangkiti sebanyak 75,7  juta orang, namun telah memakan korban jiwa sebanyak 32 juta orang.
Bahkan sampai saat inipun ketika HIV/AIDS mulai terlupakan akibat dasyatnya pendemi Covid-19 ada sebanyak 38 juta orang yang hidupnya bersahabat dengan penyakit yang menakutkan sekaligus mematikan ini.
Menurut jurnal ilmiah ternama Lancet, target WHO untuk mengakhir pandemi HIV/AIDS pada tahun 2030 mendatang masih menimbulkan keraguan karena angka kematian akibat penyakit ini di tahun 2019 masih mencapai 690 ribu orang.
Upaya ilmuwan untuk menguak bagaimana virus HIV menular ke manusia dan menyebar dengan sangat cepat mulai menemui titik terang  di tahun 1999 atau tepatnya 18 tahun setelah kasus pertama HIV di Amerika ditemukan.
Para ilmuwan berhasil melacak asal usul virus ini sampai menemui titik awalnya yaitu simpanse dan mengidentifikasi simian immunodeficiency virus (SIV) yang identik dengan HIV sebagai penyebab penurunan system imun pada monyet dan kera.
Perpindahan target virus ini dari simpanse ke manusia diduga karena praktek perburuan simpanse untuk dikonsumsi.Â
Simpanse yang terinfeksi SIV ini dimakan oleh manusia dan menjadi titik awal lompatan virus ini dari simpase ke manusia  yang kelak dikenal dengan HIV ini.
Diduga virus HIV ini sudah  masuk ke Amerika sekitar sepuluh tahun sebelum kasus HIV pertama teridentifikasi namun tampaknya belum menarik perhatian praktisi kesehatan.