Berbicara dan mendikusikan Mo Salah memang selalu menarik.
Jika dilihat dari kiprah dan rekor gol yang telah diciptakannya tidak ada satu pun  yang bisa membantah kepiawaian Mo Salah dalam menerima  umpan dan mengolahnya menjadi gol memang sangat luar biasa.
Data berikut jelas memperlihatkan bahwa Mo Salah saat ini merupakan pemain asal Afrika yang paling subur di Liga Inggris.
Mo Salah telah mencetak 105 gol dari 164 pertandingan yang mengungguli torehan prestasi Didier Drogba yang mencetak sebanyak 104 gol namun dengan jumlah pertandingan yang jauh lebih banyak yaitu 254 pertandingan.
Tiga pemain  asal Afrika yang mendekati prestrasi Mo Salah dan Drogba adalah Sadio Mane yang berhasil mencetak sebanyak 98 gol dari 234 pertandingan disusul oleh Emanuel Adebayor yang berhasil mencetak 97 gol dari 241 pertandingan dan Yakubu Ayegbeni yang mencetak 95 gol dari 252 pertandingan.
Namun pertanyaan yang paling mendasar  adalah: mengapa liga Inggris tidak mengebohkan sekaligus terkesan memandang sebelah mata prestasi gemilang Mo Salah?
Mereka lebih cenderung mengagung agungkan prestasi pemain lain seperti misalnya Drogba, Sergio Aguero,  Romelu Lukaku, Yaya Toure dan Thierry Henry padahal jumlah gol yang dihasilkannya berada  di bawah perolehan Mo Salah.
Jika ditelisik lebih dalam lagi memang ibarat intan, prestasi Mo Sallah baru terlihat terasah dan  berkilau  ketika bergabung dengan Liverpool.
Sebelumnya prestasi Mo Salah di liga Inggris sama  sekali belum terlihat dan cenderung dipandang sebelah mata.
Jika dilihat catatan prestasi Mo Salah sebelum bergabung dengan Liverpool memang kurang meyakinkan.
Coba saja jika kita tengok performa awalnya memang  dapat dimengerti jika banyak pengemar sepak bola Inggris mengejek Mo Salah karena nilai transfernya tidak setara dengan torehan prestasinya.
Penampilannya di Chelsea sekitar 2 tahunan di awal karirnya memang jauh dari memuaskan.  Di awal karirnya  dalam semusim Mo Salah hanya menghasilkan 32 gol dari 36 pertandingan.
Jadi memang sangat wajar banyak penggemar sepakbola Inggris merasa kecewa karena prestasi  Mo Salah tidak seperti yang diharapkan banyak orang.
Melejitnya prestasi Mo Salah setelah bergabung dengan Liverpool sebagai mesin gol memang tidak serta merta membuat  penggemar sepakbola Inggris mengalihkan perhatiannya pada dirinya.
Pengemar sepak bola inggris memang sangat fanatik sekaligus sangat keras, sehingga pemain  sekaliber Cristiano Ronaldo pun dengan prestasi segudang di liga Inggris  tetap saja mendapatkan kritikan yang sangat pedas.
Bagi pengemar Liverpool Mo Salah memang dipuja sebagai pahlawan, karena prestasinya tidak saja untuk kepentingan pribadi namun mengangkat peringkat Liverpool yang sempat terpuruk.
Bayangkan saja Mo Salah berhasil mencetak lebih dari 100 gol dalam 4 musim, membawa klub nya meraih berbagai gelar dan yang terpenting tentunya mengembalikan kejayaan  Liverpool menjadi juara liga Inggirs setelah puasa gelar selama 30 tahun.
Salah satu faktor mengapa penggemar sepak bola Inggris berbeda memandang prestasi pemain asing utamanya yang berkulit hitam adalah faktor Xenophobia.
Kita tentunya masih ingat ketika pemain Inggris berkulit hitam gagal mengeksekusi  pinalti dan membuat tim nasional Inggris  kalah,  sedemikian kejamnya penggemar sepakbola inggris mengungkit ungkit masalah ras dan juga melakukan terror terhadap pemain tersebut dengan hujatan yang berbau rasis.
Penghargaan yang diberikan oleh penggemar sepak bola Inggris kepada Mo Salah saat ini memang sangat jauh jika dibandingkan dengan penghargaan yang diberika kepada Thierry Henry yang dijuluki pemain yang paling ditakuti dan pernah diberikan mahkota sebagai simbol yang menggambarkan dirinya sangat istimewa.
Tuduhan penggemar sepakbola Inggris  bahwa Mo Salah malas dan egois pun sangat mudah dipatahkan karena dalam banyak kesempatakan Mo Salah dapat bekerja dengan sangat baik dan memberikan kesempatan pada pemain lainnya untuk mencetak gol.
Presepsi penggemar sepakbola Inggris tampaknya belum jujur dan belum sepenuhnya menghargai prestasi Mo salah ini mungkin saja masih dibayang bayangi pemberitaan buruk yang pernah dialaminya.
Sejarah memang mencatat bahwa selepas pembelian dirinya dari Roma dan pindah ke Chelsea, dirinya pernah dijual oleh Jose Mourinho dalam waktu yang sangat singkat yaitu hanya 2 tahun saja.
Gambaran bahwa Mo Salah sebagai pemain yang "terbuang" tampaknya masih melekat dalam benak penggemar sepakbola Inggris.
Pertanyaan yang paling mendasar adalah apakah torehan hat-trick yang diciptakannya dan sekaligus mempermalukan Manchester United pada pertadingan minggu tanggal 24 Oktober 2021 lalu dengan skor 5-0 masih belum cukup?
Pihak Ballon d'Or telah mengumumkan 30 bakal pemenang dimana Mo Salah satu diantaranya yang dinominasikan.
Pada tanggal 29 November mendatang inilah kita akan menanti apakah dunia juga memandang sebelah mata torehan prestasi Mo Salah yang memiliki nama lengkap Mohamed Salah Hamed Mahrous Ghaly  ini ataukah sebaliknya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H