Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Darah Muda Aktivis Iklim, Harapan Baru Dunia?

7 November 2021   18:08 Diperbarui: 10 November 2021   07:25 917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pengunjuk rasa mengambil bagian dalam unjuk rasa bertajuk Climate Rally, di Melbourne, Australia, Jumat (24/5/2019). (Foto: AAP Image/David Crosling /via REUTERS via kompas.com) (STRINGER)

Pertemuan puncak iklim dunia COP26 memang diwarnai dengan berbagai janji para pimpinan dunia untuk mencoba mengurangi laju pemanasan global dan juga degradasi lingkungan.

Janji seperti menghentikan deforestasi pada tahun 2030 memang  menyejukkan, namun jika dilihat dari rentang waktu berbagai pertemuan iklim dunia tampaknya banyak kalangan yang sinis terhadap janji ini mengingat janji janji sebelumnya sebagian besar diingkari.

Pengingkaran janji ini memang sangat erat dengan kepentingan perekonomian masing masing negara uang utamanya negara besar.

Oleh sebab itu tidak heran jika generasi muda menjadi garda depan memberikan tekanan dan menyuarakan agar pimpinan dunia tidak sibuk berjanji dan bersilat lidah saja namun mengambil aksi nyata untuk mengatasi  krisis iklim dan lingkungan ini.

Menggemanya suara aktivis iklim yang didominasi kalangan muda di berbagai dunia seolah meniupkan angin segar karena di tangan mereka lah kelak nasib iklim dan lingungan dunia ini berada.

Photo:  Alberto Pezzali/AP
Photo:  Alberto Pezzali/AP

Suara aktivis muda ini kini sudah ampir merata di berbagai negara yang menunjukkan timbulnya kesadaran kaum muda akan pentingnya iklim dan lingkungan bagi masa depan dunia.

Mereka menyuarakan bagaimana dampak pemananasan global ini pada negara berkembang dan miskin yang membuat negara ini semakin terpuruk.

Bencana alam datang silih berganti sebagai dampak dari pemanasan global ini dan membuat masa depan generasi muda semakin tidak menentu.

Demonstrasi yang terjadi di berbagai negara ini mencerminkan kemarahan  dan rasa frustasi yang luar biasa generasi muda karena serangkaian pertemuan yang sudah dilangsungkan tidak memberikan dampak yang nyata pada  perbaikan lingkungan dan juga perubahan ikilm yang lebih baik.

Suasana aktivis ikilm muda dunia membahana. Photo: AP. 
Suasana aktivis ikilm muda dunia membahana. Photo: AP. 

Sebagai contoh pertemuan puncak di Glasgow yang sedang berlangsung memang telah sepakat untuk menahan laju peningkatan ikilm dunia pada level 1.5 -- 2 oC.  

Mereka juga berjanji untuk mengurangi penggunanaan batu bara dan mengakhiri subsidi untuk bahan bakar fosil dan juga mengurangi emisi gas metan.

Namun kenyataan di lapangan menunjukkan hal yang berbeda.  Dunia memang sempat menikmati perbaikan iklim di masa pandemi karena adanya lockdown yang  secara nyata mengurangi tingkat polusi menjadikan udara dan iklim dunia menjadi lebih baik.

Dalam waktu singkat ketika aktivitas masyarakat dunia mulai pulih  lagi, level polusi kembali ketitik awal seperti  sebelum terjadi pandemi Covid-19.

Suara aktivis iklim muda Indonesia.  Photo:  bisnis.com 
Suara aktivis iklim muda Indonesia.  Photo:  bisnis.com 

Gerakan aktivis iklim dunia yang kini disuarakan keras oleh kalangan muda menjadi tekanan  bagi para pimpinan dunia bahwa yang dibutuhkan dunia saat ini bukanlah janji namun tindakan nyata yang akan berdampak langsung pada perbaikan ikilm dan lingkungan dunia.

Maraknya gerakan aktivis muda iklim dunia ini juga mencerminkan kegagalan pimpinan dunia untuk mengimplementasikan apa yang telah mereka sepakati.

Bagi aktivis muda ini konferensi yang bersifat seremonial sudah tidak diperlukan lagi namun justru aksi nyata yang mereka tunggu dan harapkan.

Tekanan dan gerakan aktivis muda ikil ini tentunya dapat memberikan tekanan pada pimpinan negara nya masing masing untuk lebih melakukan aksi yang lebih nyata  dalam mengaatasi memburuknya ikilm dan lingkungan dunia.

Mereka menyuarakan ketidak setujuan penggunaan bahan bakar murah yang mengotori lingkungan dan meminta pimpinan negara untuk segera beralih pada sumber energi bersih dan hijau.

Satire para piminan dunia yang bertemu di COP26 di Glasgow.  Photo: Jon Super/AP            
Satire para piminan dunia yang bertemu di COP26 di Glasgow.  Photo: Jon Super/AP            

Banyak  negara di dunia termasuk Indonesia kini berjanji menghentikan emisi carbon yang dikenal dengan carbon neutral  dalam kuruan waktu 30 tahun ke depan.

Namun sampai saat ini tahapan menuju carbon neutral ini masih belum tampak dengan jelas sehingga pencapaian carbon neutral 30 tahun ke depan diragukan keberhasilannya.

Ada hal yang menarik dari suara suara aktivis ikilm muda ini yaitu kesadaran akan masa depan keturunan mereka.  Mereka menginginkan anak anak mereka hidup di dunia yang lebih indah dengan iklim yang lebih baik.

Mereka  memang  masih muda, namun keperdulian mereka  pada nasib  bumi yang kita tempati ini memberikan angin segar.

Suara mereka masih murni dan sekaligus menjadi pengingat pimpinan dunia bahwa saat ini yang diperlukan adalah tindakan nyata bukan lagi janji.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun