Dalam perkembangannya di era tahun 1970 an Amerika bahkan telah mengembangkan reaktor nuklir thorium berbasis garam cair  di Laboratorium Nasional Oak Ridge di Tennessee. Namun akhirnya proyek ini ditinggalkan.
Diduga proyek ini gagal karena teknologi yang digunakan untuk mengkonversi thorium menjadi energi gagal.
Thorium yang berasal dari kata Thor yang merupakan dewa guntur Norse ini memang memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan uranium.
Diitinjau dari limbah radioaktifnya, limbah thorium hanya perlu perlu disimpan selama sekitar 500 tahun, sedangkan uranium memerlukan ribuan tahun.
Disamping itu jika ada upaya untuk menggunakan elemen ini sebagai senjata, maka akan memerlukan waktu yang lebih lama jika dibandingkan dengan uranium.
Reaktor torium akan melarutkan elemen kuncinya menjadi garam fluorida yang sebagian besar menghasilkan uranium-233 yang dapat didaur ulang  melalui reaksi lain.  Oleh sebab itu jika ada kebocoran, garam cair yang digunakan  cukup dingin sehingga secara efektif menutup thorium dan mencegah kebocoran yang signifikan.
Oleh sebab itu diduga bahwa Amerika lebih memilih Uranium karena tujuan utamanya adalah membuat senjata, namun ada juga dugaan bahwa pemilihan uranium ini dikarenakan  kemudahannya untuk dijadikan sumber energi.
Pemilihan thorium sebagi sumber energi oleh Tiongkok ini memang cukup mengejutkan karena tingkat kesulitannya lebih tinggi jika dibandingan dengan menggunakan uranium.