O'Donnell memang mengalami guncangan jiwa ketika menyaksikan secara langsung tragedi kemanusiaan yang diakibatkan oleh kedasyatan bom atom yang membuat dirinya mengalami depresi beberapa waktu.
Namun pada tahun 1989, setelah melihat patung anti-nuklir dia memutuskan untuk menceritakan  tentang pengalamannya dan memajang foto-foto hasil karyanya. Salah satu karyanya  adalah fota anak laki laki yang dikenal dunia sebagai "The Standing Boy from Nagasaki".
Salah satu alasan mengapa O'Donnell memutuskan untuk membuka kembali arsip foto nya dan menunjukkan kepada dunia setelah sekian lama bungkam  adalah karena dirinya  sendiri menderita penyakit radiasi setelah melakukan tugasnya di  Hiroshima dan Nagasaki segera setelah pengeboman.
O'Donnell ingin menceritakan kepada dunia bagaimana kehidupan yang tersisa di bawah awan jamur bom atom yang sangat mengerikan.
Diperkirakan bom nuklir yang dijatuhkan  di Hiroshima menewaskan sekitar 160.000 orang, sedangkan  dan di Nagasaki memakan korban sekitar 80.000 orang.
Hanya sekitar 50% dari korban tersebut yang meninggal langsung akibat dampak bom, namun sisanya mati secara perlahan lahan dan dalam kondisi yang sangat menyakitkan dalam hitungan hari atau berbulan bulan setelah kejadian.
Joe menceritakan  bahwa selama tujuh bulan itu, dia hanya melihat kematian, rasa sakit, dan penderitaan yang tidak boleh disaksikan  dialami oleh manusia.
Kenangan yang selaku melekat dalam diri Joe O'Donnel terkait foto anak laki laki tersebut adalah ketenangannya yang sangat luar biasa.
Anak laki-laki itu dengan sabar menunggu tanpa menangis atau membuat gerakan lain sampai gilirannya tiba untuk memberikan adik laki-lakinya kepada staf krematorium.
Saat melihat mayat adiknya terbakar, dia menggigit bibir bawahnya begitu keras hingga dia mulai berdarah sambil berdiri dengan sikap layaknya seorang prajurit. Begitu mayat adik laki-laki ini berubah menjadi abu, dia berbalik dan pergi.
Anak laki laki terbut  telah kehilangan segalanya, termasuk rumahnya serta semua anggota keluarganya.  Diusianya yang sangat belia dia tidak tau kemana harus mengadu dan kemana harus pergi.