Bahaya Laten
Bagi Korea Utara membiarkan warganya terpengaruh budaya baru Korea Utara merupakan kekalahan perang ideologi dan budaya.
Membiarkan rakyatnya terkespos informasi dan budaya luar tentunya akan melemahkan cengkeraman dan pengawasan negara pada rakyatnya untuk mempertahankan ideologinya.
Jadi dapat dibayangkan jika generasi muda Korea Utara menonton drama Korea Selatan yang dipenuhi oleh kebebasan dan memperlihatkan perekonomian yang sangat berbeda akan memberikan kesan betapa kontrasnya kehidupan mereka dengan rakyat Korea Setalan.
Generasi muda Korea Utara inilah yang menjadi target pemerintah agar tidak terkontaminasi oleh pengaruh budaya baru Korea Selatan.
Sebenarnya di era tahun 2011 an Korea Utara sudah berubah menjadi sedikit lebih liberal dengan memperbolehkan musik barat dan juga band Wanita.
Era perubahan ini ternyata tidak berjalan lama karena pemimpin Korea Utara selanjutnya mulai mengunci negaranya kembali  dari mengaruh luar melalui pengetatan teknologi informasi.
Hubungan kedua negara ini memang selaku diwarnai turun naiknya suhu politik. Pengetatan masuknya informasi luar ini diiringi dengan serangkaian peluncuran peluru kendali di tahun 2016 dan 2017 yang membuat hubungan kedua negara ini kembali menjadi tegang.
Namun seiring dengan pergantian pimpinan di Korea Selatan ketegangan politik ini mulai mereda bahkan kedua negara ini sepakat untuk  melakukan denuklirisasi di semenanjung korea.
Bahkan presiden Korea Selatan beserta istrinya menghadiri konser musik Korea Selatan di ibukota Korea Utara Pyongyang.
Dalam kondisi politik yang cukup harmonis ini bahkan produk dan budaya Korea Utara sempat menjadi trendy di Korea Selatan.