Bahkan sampai kata kata yang diucapkan dalam komunikasi sehari hari  pun juga diatur.  Sebagai contoh kata "oppa" sebutan romantis bagi pasangan yang sangat umum digunakan di Korea Utara ternyata dilarang digunakan di Korea Utara.
Pimpinan Korea Utara Kom Jong Un bahkan menyebutkan bahwa perjuangan ideologi dan budaya merupakan perang tanpa senjata yang harus diperjuangkan oleh rakyat Korea Utara.
Jadi dapat dimengerti jika gaya berpakaian, potongan rambut, bahasa, lagu dan tarian rakyat Korea Utara harus diatur dan tidak boleh terpengaruh oleh budaya negara lain khususnya Korea Selatan.
Gejolak Politik
Sampai saat ini Korea Utara dan Korea Utara sebenarnya masih dalam status  perang walaupun di tahun 1953 mereka menghentikan perang saudaranya.
Meredanya perang saudara ini membuat kedua negara menempuh haluan politik yang berbeda dan juga cara membangun negaranya.
Korea utara  yang sebelum perang saudara merupakan salah satu negara dengan perekonomian terkuat di Asia ternyata mengalami penurunan perekonomian yang sangat  drastis setelah  memilih  untuk  mengisolasi diri dari dunia lain.
Bahkan pasca keruntuhan Uni Soviet di era tahun 1990 an perkonomiannya mengalami titik nadir dan negara ini sangat tergantung pada bantuan negara lain dan hanya Tiongkok saja yang merupakan partner dagang terbesar Korea Utara.
Sementara itu Korea Selatan terus berkembang dan tumbuh perekonomiannya menjadikan negara ini sebagai negara peringkat keempat yang terkuat perekonomiannya di Asia.
D itengah tengah pertumbuhan perenonomian inilah Korea Selatan mencanangkan soft diplomacy barunya melalui musik, makanan dan produk kecantikan yang secara perlahan namun pasti mendapatkan popularitas nya di tingkat internasional.
Disinilah letak perbedaan keberhasilan soft diplomacy kedua negara yang bersaudara ini.