Seperti yang didiprediksi dunia pertemuan antara Joe Biden dan Putin di Geneva terjadi penuh ketegangan, diliputi hawa dingin serta penuh ancaman.
Diplomasi Biden sebenarnya tidak jauh beda dengan Trump yang dianggap lemah dalam urusan luar negeri.  Hanya saja bedanya Trump maju dengan gagah berani sendiri sedangkan  Biden ibarat seorang koboi yang mau bertarung mengumpulkan teman temannya dulu, mengintimidasi dan baru  maju menghadapi musuh.
Pertarungan antara Amerika dengan Rusia dan Tiongkok  yang dikhawatirkan dunia akan memicu kembali perang dingin dalam bentuk lain memang sangat beralasan.
Biden menggunakan forum G7 dan NATO untuk mengungkap dosa dosa Rusia dan Tiongkok sekaligus mengintimiadasinya dengan tuduhan Rusia dan Tiongkok telah membuat kekacauan dan merubah dunia.
Jika ditelisik lebih dalam lagi akar permasalahannya adalah ketidak relaan Amerika dan sekutunya (baca : orang kulit putih) akan kebangkitan teknologi dan ekonomi Tiongkok dan Rusia yang tidak lagi menjadikan Amerika sebagai satu satunya penentu kekuatan dunia.
Geopolitik mamang telah bergeser dan penentu peta politik dunia tidak lagi Amerika dan negara Eropa.
Sebagai contoh sistem pertahanan NATO terguncang ketika Rusia mengeluarkan sistem pertahanan persenjataan wilayah yang portable yang dapat dibangun dimana saja yang efektif mengantisipasi dan menangkis  serangan musuh, sekaligus menyerang secara akurat asal serangan dan tentunya mengalau serangan dari persenjataan buatan NATO.
Sistem pertahanan  super canggih buatan Rusia ini sudah dibeli oleh Turki, India dan negara lainnya  yang membuat berang NATO karena tidak kompatibel dengan sistem pertahanan sekaligus menjadi ancaman bagi NATO.
Demikian juga kemajuan teknologi yang kini bergeser ke Tiongkok membuat gundah Amerika dan sekutunya.
Dari lobby yang dilakukan Biden tampak sekali kekhawatiran Amerika ini akan pergeseran kekuatan dunia yang dulunya dikuasai sepenuhnya  oleh Amerika dan Uni Eropa di era berakhirnya perang dingin.
Sayangnya ungkapan ketidakrelaan Amerika ini seperti biasanya diungkapkan secara vulgar dengan menggunakan isu yang sudah usang yaitu HAM dan intervensi.