Pemerintah Tiongkok menyadari betul bahwa penurunan pertumbuhan jumlah penduduk ini merupakan dampak negatif kebijakan one child one family sehingga di tahun 2016 lalu kebijakan ini diubah dengan mengendurkan kebijakan menjadi 2 anak per keluarga.
Namun tampaknya kebijakan baru ini pun masih belum berdampak besar pada peningkatan laju pertumbuhan penduduk yang dikhawatirkan ke depan Tiongkok akan kekurangan tenaga kerja.
Dengan kecenderungan laju pertambahan penduduk seperti saat ini maka beberapa tahun ke depan jumlah penduduk Tiongkok akan mulai menciut.
Kecenderungan pertumbuhan jumlah penduduk Tiongkok yang semakin melambat ini juga diprediksi oleh PBB yang memperkirakan bahwa jumlah orang yang tinggal di daratan Cina akan mencapai puncaknya pada tahun 2030 dan akan menurun setelah periode tersebut.
Di samping laju pertumbuhan penduduk yang semakin melambat ada hal lain yang justru mengkhawatirkan yaitu komposisi jumlah penduduk per kelompok umur.
Jumlah orang yang berumur antara 15 dan 59 turun hampir 7 persen, sebaliknya sementara jumlah orang yang berusia lebih dari 60 tahun naik lebih dari 5 persen.
Angka kelahiran di tahun 2020 yang mencapai 12 juta ternyata menurun dibandingkan dengan angka kelahiran di tahun sebelumnya yang mencapai 14,65 juta.
Data juga menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah anggota keluraga dari 3,10 orang pada era 10 tahun lalu menurun menjadi hanya 2,62 orang saja.
Hal lain yang juga berkontribusi besar pada penurunan laju pertumbuhan ini adalah semakin meningkatnya biaya membesarkan anak terutama di kota besar, sehingga kelompok usia muda menunda untuk menikah dan memiliki anak.
Peningkatan biaya untuk membesarkan satu anak di tahun 2005 mencapai US$74.838, namun di tahun 2020 biaya ini semakin meningkat mencapai hampir 4 kali lipatnya.