Pendidikan  merupakan suatu proses, oleh sebab itu mendidik siswa yang pintar akan lebih mudah dibandingkan dengan siswa yang memerlukan perhatian khusus.  Keberhasilan hakiki dari pendidikan adalah keberhasilan para pendidik untuk mendidik orang yang kurang pintar menjadi pintar.
Artinya mendidik orang yang sudah pintar untuk mendapatkan nilai mata pelajaran maksimal 100 itu memang merupakan suatu keberhasilan, namun keberhasilan yang sebenarnya adalah jika siswa yang asal mulanya hanya mempu meraih ninilai di bawah nilai ratan siswa  mendapatkan nilai di atas rata rata walaupun belum  meraih angka maksimum 100,  merupakan keberhasilan yang sebenarnya.
Sangat keliru jika atas nama baik sekolah siswa yang nyeleneh baik dari segi nilai maupun prilaku disingkirkan dan kurang mendapat perhatian dari para pendidik di sekolahnya.
Justru sebaliknya sekolah dikatakan berhasil jika para pendidik di sekolah tersebut berhasil memperbaiki prilaku siswa yang nyeleneh ini.
Fakta yang menunjukkan bahwa banyak orang orang  besar ketika di sekolah tampak seperti siswa inferior karena memang  tidak cocok dengan sistem pendidikan yang dijalaninya, namun setelah mendapatkan lingkungan yang menunjang keinginan dan kepintarannya yang tersembunyi selama ini akan melejit dan menunjukkan prestasi yang sangat luar biasa.
Pergeresan fenomena bahwa sekolah itu kini cenderung menjadi tempat siswa siswa pintar saja untuk sekolah memang sangat memprihatinkan.Â
Nilai nilai luhur  terkait hakekat pendidikan yang ditanamkan oleh Ki Hadjar Dewantara bahwa pendidikan menjadi tempat dan proses  belajar bagi orang Indonesia yang dianggap inferior oleh penjajah kolonial untuk menjadi lebih pintar kini telah luntur.
Sekolah tampaknya sudah ada yang kehilangan jati dirinya dan fungsinya sebagai tempat berlangsungnya pendidikan yang memerlukan proses panjang dengan tujuan utama untuk membuat siswa menjadi lebih baik dan lebih pintar.
Ketika sekolah membebankan segala kesalahannya pada siswa dan mengambil jalan pintas untuk memberhentikan siswa nya yang dianggap nyeleneh dan melupakan bahwa sebagian kesalahan tersebut justru ada disekolah tersebut  yang mencerminkan kegagalan mendidik, maka  sekolah tersebut sudah kehilangan jati diri dan fungsinya sebagai lembaga pendidikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H