Dunia pendidikan kembali  dihebohkan dengan pemberhentian siswa oleh salah satu sekolah karena ulah siswa yang dianggap menghina Palestina dalam unggahan videonya.
Masalah ini memang cukup komplek, namun yang jelas para pendidik yang ada di sekolah tersebut harus sepenuhnya menyadari bahwa kejadian ini juga merupakan kegagalan sekolah tersebut dalam mendidik siswa nya sehingga ada siswa yang berprilaku dianggap "nyeleneh".
Sering kali insan pendidik di dunia pendidikan melupakan bahwa pendidikan itu bukanlah sesuatu yang prosesnya instan dalam mencapai keberhasilan. Â Pendidikan merupakan suatu proses panjang sehingga ada istilah "pendidikan sepanjang hayat".
Dalam dunia yang serba modern saat ini pendidikan sudah tercemari oleh pandangan bahwa sekolah harus menghasilkan orang sukses, sehingga sangat sempit ruangnya bagi siswa yang memerlukan upaya dan perhatian khusus.
Fenomena seperti ini juga mengkontaminasi pandangan  orang tua siswa bahwa anak anak nya harus mendapatkan sekolah favorit sehingga mereka percaya bahwa di sekolah favorit inilah anak anak mereka akan dapat berprestasi.
Pergeseran fenomena bahwa sekolah itu merupakan tempat terjadinya  proses pendidikan yang membuat siswa tidak tau menjadi tau, membuat siswa  boboh jadi pintar, membuat siswa yang berprilaku kurang baik menjadi lebih baik  dan sebagainya  sudah hampir dilupakan.
Sangat ironis memang jika ada sekolah yang mengkhususkan diri mendidik siswa siswa yang pintar saja dan enggan untuk mendidik siswa yang memerlukan perhatian khusus dan memerlukan waktu agak lama dalam belajar dan berprilaku yang pantas.
Fenomana seperti ini memang sudah dilihat dan difahami  betul oleh begawan pendidikan nasional yang juga mantan rektor IPB alm Prof. Andi Hakim Nasoetion di era tahun 1980 an.
Pak Andi sangat paham betul bahwa terjadi disparitas kualitas pendidikan tanah air ini  sehingga perlu diadakan upaya khusus untuk memoles berlian yang belum mengkilat.
Mengapa Pak Andi mengerti betul terkait hal ini? Jawabannya sangat sederhana beliau adalah seorang begawan statistik yang mendalam juga ilmu genetik kuantitatif. Â Sehingga beliau sangat faham bahwa prestasi seorang siswa itu merupakan produk dari faktor genetik dengan lingkungan dan juga interaksi antara kedua faktor tersebut.
Dalam bahasa sehari hari dapat saja siswa yang biasa biasa saja menjadi tampak pintar jika lingkungannya baik pendidikan maupun kemampuan ekonomi orangtuanya sangat menunjang pendidikannya.