Pengaruh Uni Soviet ini dapat kita lihat pada olah raga gymnastic wanita saat ini yang diwarnai dengan gerakan akrobatik, kelenturan, kecepatan, keindahan dan juga tentunya kekuatan.
Situasi seperti inilah yang mengubah olahraga gymnastic ini menjadi olah raga super kompetitif yang memerlukan training yang sangat intensif.
Dalam situasi yang seperti inilah akhirnya di era tahun 1970 an mulai masuk pelatih pria dalam olahraga gymnastic perempuan yang semakin professional  ini.
Hal lain yang menjadi tren adalah semakin mudanya usia atlet yang mengikuti olahraga ini. Sebagai perbandingan jika di era olimpiade tahun 1952 rata rata usia atlet wanita olah raga gymnastic ini sekitar 20-30 tahunan, maka 18 tahun kemudian di tahun 1970-an usia atletnya semakin muda belia.
Faktor utama yang menyebabkan semakin mudanya atlit gymnastic ini adalah fisik perempuan pada usia muda belia lebih ideal jika dibandingkan dengan fisik wanita yang sudah melewati fase remajanya.
Kelenturan dan kecepatan tubuh perempuan yang pinggul dan buah dadanya belum berkembang dalam olah raga ini sangat menentukan performanya. Dalam kondisi seperti ini perempuan muda akan dapat  memperlihatkan kehebatannya yang  menyamai laki laki.
Oleh sebab itu dalam olahraga gymnastic wanita ini dengan semakin bertambahnya usia, maka tekanan semakin besar pada atlet karena harus menjaga kondisi tubuhnya agar seprima ketika dia belum mencapai pubertasnya.
Dalam situasi seperti ini celah child abuse dalam cabang olahraga ini mulai tampak ketika pelatih pria semakin fokus melatih atlet muda belia dalam kesehariannya secara intensif.
Situasi ini sangat memungkinkan atlet muda belia ini mengalami abuse emosi, mental dan fisik demi mengikuti program training dan mengikuti kehendak pelatih pria.
Metode training yang sangat tergantung pada pelatih ini akhirnya membentuk kultur baru dalam olah raga ini di mana dominasi pelatih dianggap sebagai sesuatu yang biasa dan harus dijalani oleh para atlet yang dilatihnya.